Merawat penderita demensia adalah tugas yang sulit dan seringkali membuat stres. Ketika penyakit ini berkembang, peran pengasuh menjadi lebih menuntut secara emosional dan fisik.
Mempersiapkan informasi yang tepat dan strategi manajemen stres yang efektif dapat membantu meringankan beban pengasuh. Merawat penderita demensia pada awalnya mungkin tampak sederhana, cukup pastikan ia bersih, nyaman, aman, dan kebutuhan dasarnya terpenuhi.
Namun, seiring berkembangnya penyakit, tantangannya menjadi lebih besar. Demensia tidak berkembang secara linier, sering kali menunjukkan perubahan mendadak yang terjadi secara tiba-tiba. Misalnya, suatu hari pasien mungkin masih mengenali orang-orang terdekatnya, namun keesokan harinya mungkin dia kehilangan seluruh ingatannya.
Kondisi ini dapat menyebabkan kebingungan, frustrasi dan ketidakpastian bagi pasien dan perawat. Anthea Rowan, seorang penulis yang berbagi pengalamannya merawat seorang ibu penderita demensia, menjelaskan bagaimana perubahan besar bisa terjadi tanpa peringatan. Suatu hari ibu masih bisa berjalan dengan bantuan, namun keesokan harinya dia tidak bisa berjalan sama sekali.
Anthea bercerita, dirinya merasa kewalahan menghadapi kenyataan tersebut. Namun, ia menemukan bahwa berfokus pada masa kini dan mencari informasi berdasarkan peristiwa terkini akan lebih bermanfaat.
Peter Robbins, seorang profesor di bidang Alzheimer dan demensia terkait di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins, mengatakan mengetahui tantangan apa yang akan mereka hadapi di masa depan dapat membantu beberapa perawat, tetapi bagi yang lain hal itu bisa menjadi “terlalu banyak informasi”.
Banyak orang masih menganggap demensia hanya sebagai masalah kehilangan ingatan. Faktanya, seseorang dengan penyakit Alzheimer stadium akhir mungkin kehilangan keterampilan dasar seperti berjalan, mengontrol kandung kemih dan usus, serta mengalami halusinasi visual yang mengganggu.
Laporan Scmp, Selasa (17/09/2024) Merawat penderita demensia memerlukan pendekatan yang penuh kepedulian dan kesabaran. Berikut 10 tips dari para ahli dan caregiver berpengalaman:
1. Dapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit orang yang Anda sayangi.
2. Fokus pada sisa kebutuhan dan kemampuan orang yang Anda sayangi.
3. Pastikan orang tersebut memiliki penyedia layanan kesehatan yang mengetahui tentang demensia dan kebutuhan medisnya.
4. Pertimbangkan kebutuhan emosional, fisik dan spiritual Anda sendiri. Memenuhi kebutuhan ini akan bermanfaat bagi Anda dan pasien demensia Anda.
5. Minta bantuan dan rencanakan perubahan di masa depan. Demensia adalah penyakit progresif dan seseorang mungkin tidak dapat memberikan semua perawatan yang dibutuhkannya dalam jangka panjang.
6. Mengatur pengobatan alternatif dari waktu ke waktu akan memberi Anda waktu untuk istirahat dan memulihkan diri.
7. Tersenyumlah, itu membuat Anda merasa lebih baik dan membantu kepercayaan diri Anda. Misalnya saja saat ibu Anthea tersenyum padanya, sesaat ia melihat sosok tuanya.
8. Toleransi sebanyak mungkin fiksi yang menyebabkan demensia. Lebih baik menerima cerita atau kenangan yang diciptakan oleh mereka.
9. Sesekali rekam percakapanmu dengan orang yang bersamamu. Perhatikan nada dan bahasa, sesuaikan bila perlu.
10. Tuliskan pengalaman Anda dalam bentuk buku harian, ini membantu Anda di hari-hari sulit dan menjadi kenangan di saat-saat indah.
(singa)