PALESTINA –  Konsep Israel Raya banyak menimbulkan kontroversi karena erat kaitannya dengan konflik geopolitik, khususnya Palestina dan negara-negara Arab di sekitarnya. Israel Raya adalah sebuah konsep yang mengacu pada tanah dan kedaulatan yang dianggap sebagai bagian dari tanah bersejarah Israel, sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab.

Menurut New Lines Magazine, konsep ini tidak didukung oleh semua kelompok di Israel, namun didukung oleh beberapa kalangan sayap kanan Israel yang menginginkan Israel memiliki kendali penuh atas wilayah tersebut. Menurut pandangan ini, wilayah Israel Raya mencakup wilayah yang lebih luas dari wilayah Israel saat ini, yaitu wilayah yang merupakan bagian dari negara-negara seperti Palestina, Yordania, Suriah, dan Lebanon.

1. Yordania

Yordania dan Israel menandatangani perjanjian damai pada tahun 1994. Namun hubungan kedua negara menjadi tegang menyusul serangan sembarangan Israel di Gaza dan operasi militer di Lebanon. Kebanyakan warga Yordania berasal dari Palestina, dan sering terjadi protes terhadap perang di Gaza di luar kedutaan Israel di Amman.

Menurut situs The New Arab, pengusaha Israel Roni Mizrachi, yang dekat dengan Perdana Menteri Netanyahu, mengatakan bahwa Yordania bisa menjadi target berikutnya setelah serangan Israel ke Lebanon. Dia mengatakan Yordania bisa mengalami situasi serupa dengan Lebanon, di mana Iran memiliki pengaruh besar terhadap kelompok-kelompok seperti Hizbullah.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi sedang mencoba mengusulkan perjanjian damai. Safadi menyatakan, seluruh negara Arab siap menjamin keamanan Israel jika Israel setuju untuk mendirikan negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967. Namun, meskipun Safadi menekankan pada solusi damai, ancaman terhadap Yordania ini meningkatkan kekhawatiran bahwa Israel mungkin mempertimbangkan tindakan militer terhadap Yordania. . .

2. Suriah

Via First Post Hubungan antara Israel dan Suriah telah lama diwarnai dengan ketegangan, khususnya terkait sengketa wilayah Dataran Tinggi Golan, yang menjadi alasan utama seringnya Israel melakukan serangan ke Suriah. Dataran Tinggi Golan, sebuah dataran tinggi berbatu secara geografis di barat daya Suriah, memiliki luas sekitar 1.200 kilometer persegi.  Israel ingin mempertahankan kendali atas Dataran Tinggi Golan, wilayah strategis yang direbut dari Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Daerah ini penting karena ketinggiannya memberi Israel keuntungan militer dalam memantau Suriah. Mesir dan Yordania.

Setelah merebut wilayah ini, Israel memperoleh kendali de facto dan memperoleh kendali penuh atas wilayah tersebut. Meskipun Suriah mencoba merebut kembali Golan pada Perang Yom Kippur tahun 1973, namun gagal, dan pada tahun 1981 Israel secara sepihak menduduki wilayah tersebut dan memberlakukan hukum Israel di sana. Meski Suriah masih menuntut kembalinya Dataran Tinggi Golan, Israel tetap memegang kendali atas wilayah tersebut. Pada tahun 2019, mantan Presiden AS Donald Trump mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan; Keputusan ini memperkuat posisi Israel tetapi menuai kecaman dari banyak negara di dunia dan meningkatkan ketegangan dengan Suriah.

Suriah telah menjadi salah satu musuh utama Israel sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Namun, intervensi Iran, sekutu dekat rezim Suriah, membuat situasi semakin rumit. Iran telah lama mendukung milisi seperti Hizbullah di Lebanon, dekat perbatasan Israel. Israel khawatir Iran ingin membangun pangkalan permanen di Suriah, termasuk Dataran Tinggi Golan, untuk melancarkan serangan terhadap Israel. Oleh karena itu, Israel sering menyerang sasaran Iran dan milisi yang didukung Iran di Suriah untuk mencegah ancaman keamanan terhadap negaranya.

3. Libanon

Menurut The Jerusalem Post, ketegangan antara Israel dan Lebanon berawal dari sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1948, ketika Lebanon bergabung dalam serangan Arab terhadap Israel yang baru didirikan. Ketegangan meningkat selama perang saudara di Lebanon dan kemudian selama perang Israel-Lebanon yang pertama.

Menanggapi serangan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang beroperasi di Lebanon selatan, Israel menginvasi Lebanon pada tahun 1982 dan melancarkan serangkaian serangan terhadap Israel. Setelah upaya pembunuhan terhadap duta besar Israel, Perdana Menteri Israel saat itu Menachem Begin memerintahkan invasi untuk menghancurkan PLO. Meskipun ada ketidakpastian mengenai siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas upaya pembunuhan tersebut, tujuan akhir invasi Israel adalah untuk menyerang PLO dan sekutunya di Suriah.

Untuk melakukan hal tersebut, Israel berhasil menduduki sebagian besar wilayah selatan Lebanon dengan bersekutu dengan kelompok Kristen Maronit di Lebanon; Hal ini mengakibatkan eksodus PLO dari Lebanon dan pembentukan rezim baru yang dipimpin oleh Bachir Gemayel. Namun, setelah pembunuhan Gemayel dan pembantaian Sabra dan Shatila, Israel tidak dapat mempertahankan posisinya dan akhirnya menarik diri dari Lebanon pada tahun 1985.

Konflik terbaru antara Israel dan Hizbullah dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Hizbullah mengumumkan mendukung tindakan Hamas dengan melakukan serangan ke wilayah Shebaa. Israel kemudian melancarkan serangan balasan besar-besaran untuk melenyapkan Hizbullah demi keamanan nasionalnya sendiri. Saat ini ketegangan meningkat antara kedua belah pihak dan saling serang di kawasan perbatasan.

(ssst)