JAKARTA – Untuk menyoroti masalah korupsi dan menginisiasi perubahan positif, Transparency International (TI) membuat Indeks Persepsi Korupsi (CPI). IPC memberi peringkat pada 180 negara berdasarkan persepsi korupsi, menggunakan pemeringkatan dan survei pakar, dan memberikan skor antara 0 (sangat korup) dan 100 (sangat bersih). Laporan CPI menunjukkan negara dengan korupsi terendah pada tahun 2021 dan 2022 adalah Denmark, Finlandia, Selandia Baru, Norwegia, Singapura, dan Swedia. Sebaliknya, Indonesia mendapat skor 34. Berdasarkan data CPI 2022, terdapat daftar negara dengan tingkat korupsi tinggi. 1. Somalia

Somalia yang menduduki peringkat ke-11 pada tahun 2022 dalam hal kurangnya korupsi adalah salah satu alasan utama mengapa Somalia tetap menjadi negara paling korup di dunia. Upaya pembentukan komisi antikorupsi gagal. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencatat bahwa meski ada kemajuan, korupsi yang meluas, terutama di bidang politik, masih menjadi penghambat pembangunan negara. Hassan Sheikh Imam, analis independen, mengungkapkan pemberantasan korupsi sangat sulit karena sistem politik di Somalia berbasis korupsi. “Perubahan struktur dan sistem politik diperlukan untuk memberantas korupsi,” ujarnya. Ia juga menekankan bahwa Somalia tidak memiliki cukup institusi dan mekanisme untuk memerangi korupsi. “Kita membutuhkan sistem peradilan yang berfungsi dengan baik dan lembaga antikorupsi yang dapat berfungsi tanpa campur tangan,” tambahnya. Meski begitu, Presiden Somalia menyatakan pemberantasan korupsi masih menjadi prioritas utama pemerintahannya, dan berjanji akan memperkuat institusi peradilan dan meningkatkan reputasi Somalia di kancah internasional.

2. Venezuela Venezuela mempunyai skor 13 pada Indeks Persepsi Korupsi, yang menunjukkan tingkat korupsi yang sangat tinggi. Gejolak di Venezuela, termasuk tuduhan kecurangan pemilu dan protes massal, mencerminkan permasalahan sistemik. Negara ini sedang menghadapi korupsi yang merajalela, kekuasaan militer yang berlebihan, dan terkikisnya prinsip-prinsip demokrasi. Penerapan model “sipil-militer” melibatkan militer politik dan ekonomi. Tentara Nasional Bolivarian (FANB) menguasai posisi-posisi penting di 103 perusahaan publik dan 11 kementerian, serta mengendalikan sektor-sektor utama seperti manufaktur dan pangan. Kurangnya pengawasan publik meningkatkan risiko korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta melemahkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Pengaruh militer terhadap politik sangat besar, dengan banyak mantan perwira militer yang menduduki posisi penting. Di bawah kepemimpinan Nicolás Maduro, kekuatan militer diperkuat, yang mengakibatkan penindasan terhadap protes dan sentimen publik. 3-Suriah Suriah dengan 13 poin masuk dalam daftar negara paling korup di dunia. Korupsi berdampak pada seluruh aspek kehidupan, baik di wilayah yang dikuasai pemerintahan Bashar Al-Assad maupun di wilayah oposisi. Banyak orang yang tinggal di daerah yang terkena dampak konflik menderita penyiksaan, isolasi dan penangguhan bantuan kemanusiaan serta pengungsian besar-besaran. Perekonomian Suriah dikendalikan secara ketat oleh pemerintahan Bashar al-Assad dan sekutunya, sementara perang saudara telah menciptakan peluang baru bagi praktik korupsi yang menguntungkan pemerintah dan sekutu asingnya. Di wilayah yang dikuasai oposisi, milisi yang didukung Turki seperti Tentara Nasional Suriah (SNA) diduga melakukan penjarahan dan pemerasan terhadap warga sipil dan properti lokal. Bantuan internasional yang seharusnya diterima oleh perwakilan oposisi seringkali tidak sampai kepada mereka, sehingga meningkatkan kecurigaan adanya pelanggaran. Korupsi di Suriah tersebar luas, dan semua pemerintahan bergantung pada sumber pendanaan ilegal. Kasus-kasus korupsi yang menimpa pejabat tinggi sering kali berkaitan dengan perebutan kekuasaan di dalam pemerintahan dan bukan upaya pemberantasan korupsi yang sebenarnya.

4- Sudan Selatan, yang memperoleh kemerdekaan setelah konflik panjang, menerima 13 poin menurut tahun 2022, negara ini menghadapi tantangan besar dalam hal pemerintahan, dan sering kali berada di peringkat terbawah dalam indeks korupsi internasional. Korupsi sudah mengakar di setiap tingkat pemerintahan dan di hampir setiap sektor perekonomian, dan para pelakunya seringkali tidak dihukum. Hal ini berdampak buruk bagi masyarakat karena kekayaan cadangan minyak yang besar malah masuk ke kantong swasta dan bukannya masuk ke layanan publik atau pembangunan infrastruktur. 5. Yaman Konflik di Yaman telah berubah menjadi perang ekonomi, dimana berbagai kelompok bersaing untuk menguasai sumber daya penting seperti bantuan dan aset pemerintah. Yaman menempati peringkat ke-16 dalam Indeks Persepsi Korupsi (CPI) tahun 2022. Meskipun terjadi peralihan kekuasaan, sifat korupsi rezim di Yaman tidak berubah, bahkan sebelum tahun 2014.

(itu)