Nama Ustadz Adi Hidayat muncul belakangan ini di tengah kontroversi seputar Prof Mifta Maulana Habiburrahman atau Ghaz Mifta.
Usai viral akibat mengolok-olok penjual es teh dengan candaan, Khus Miftah memutuskan mundur sebagai Utusan Khusus Presiden.
Kini, nama Ustadz Adi Hidayat mencuat dan disebut-sebut akan menggantikan Khuz Miftah sebagai Utusan Khusus Presiden. Ustad Adi Hidayat. (Foto: YouTube Adi Hidayat Official)
Meski ia bukan selebriti asing, namun banyak orang yang penasaran dengan citranya. Berikut profil dan sejumlah fakta menarik Ustads Adi Hidayat seperti dilansir Okezone, Kamis (12/12/2024) dari berbagai sumber:
1. Favorit Ustad Selebriti
Ustadz Adi Hidayat lahir pada tanggal 11 September 1984 di Bandeklang, Bandeklang dari pasangan Warso Subena (ayah) dan ibunya HJ Rafia Akyar. Ia mempunyai 4 saudara kandung Ade Rahmat, Neng Inayadeen, Ima Rakhmawati dan Ita Haryati.
Ustadz Adi Hidayat dikenal sebagai Tai dengan segudang prestasi dan karya tulisnya. Nama Ustads Adi Hidayat menjadi mainan populer di kalangan netizen dan ustad populer yang lebih memilih menyelesaikan kajian reguler.
Video ceramahnya telah tersebar luas di berbagai jejaring sosial seperti YouTube, Instagram atau Facebook dan telah dilihat oleh jutaan umat Islam di Indonesia.
Dilansir dari quantumakhyar.com, Ustadz Adi Hidayat memulai pendidikan formalnya pada tahun 1989 di TK Pertv Pandaklang dan lulus dengan predikat siswa terbaik.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Garatan 3 Pandeklang hingga kelas III dan dipindahkan ke SDN III Pandeklang dari kelas 4 hingga VI.
Di kedua sekolah dasar tersebut ia mendapat predikat siswa terbaik dan masuk kelas atas.
Dalam proses pendidikan dasar ini, Adi Hidayat kecil disekolahkan oleh orang tuanya ke sebuah sekolah di Madrasah Salafia Sanusia Bandeklang.
Sekolah umum pagi, sekolah agama sore dan malam. Di madrasah ini, beliau juga menjadi murid yang berprestasi dan diangkat menjadi guru muda di setiap wisuda siswanya. 2. Alumni santri sukses
Pada tahun 1997 melanjutkan pendidikan Dasanaviyyah sampai Aliyah (tingkat menengah) di Pondok Pesantren Darul Arkam Muhammadiyah Garb.
Pondok pesantren secara harmonis memadukan pendidikan agama dan umum serta telah banyak melahirkan alumni yang aktif secara nasional dan internasional.
Guru utamanya, Buya KH Miskun as-Siyatibi, merupakan sosok yang paling berpengaruh dalam mengenalkan kecintaannya terhadap Al-Qur’an dan memperdalam ilmunya.
Selama masa akademiknya ia telah banyak meraih penghargaan di tingkat Bondok, Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat, khususnya mengenai Siyar Al-Qur’an.
Di Tingkat II, Alia merupakan perwakilan termuda program Taurah Tathribiya Universitas Islam Madinah di Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an Yogyakarta.
Beliau sekaligus lulus dengan predikat Mahasiswa Teladan dalam 2 disiplin ilmu (Agama dan Umum) dan diminta untuk mempresentasikan karya ilmiah tentang “Konsep ESQ dalam Al-Qur’an” di hadapan civitas akademika M Yunan Yusuf. 3. Sering melakukan pekerjaan misionaris di Bandon
Pamannya KH Rafiuddin Akyar, pendiri Dewan Dakwah Islam Indonesia di Bandon, juga sering mengikuti karya dakwah di Bandon.
Pada tahun 2003, beliau mendapat undangan PMDK dari fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan Universitas Al-Azhar Kairo, dan dianugerahi predikat mahasiswa terbaik program ospek. 4. Lanjutkan studi Anda di Libya
Pada tahun 2005, ia mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi di Kulia Taqwa Islamia Libya, meski harus drop out dari program IED dengan IPK 3,98.
Di Libya, Ustadz Adi Hidayat muda secara intensif mempelajari berbagai bidang yang berkaitan dengan Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tariq, Luqah dan lain-lain.
Kecintaannya terhadap Al-Quran dan Hadits membawanya mengambil program khusus bernama Luqah Arabiyyah wa Atabuha untuk memahami kedalaman makna kedua sumber Syariah tersebut.
5. Membina Pondok Pesantren hingga Dr. Honoris mendapat gelar Gaza
Pada akhir tahun 2009, Aminul Qutaba diangkat menjadi Ketua Dewan Khatib Jami Taqwa Islamiya Tripoli yang berhak menentukan khatib dan pelengkap Masjid Taqwa Islamiya.
Pada awal tahun 2011, ia kembali ke Indonesia dan memimpin Pondok Pesantren Al-Hikma Lebak Pulas Al-Quran.
Dua tahun kemudian ia pindah ke Bekasi dan mendirikan Quantum Akyar Institute yang bergerak di bidang kajian Islam dan pengembangan Dakwah.
Ustadz Adi Hidayat juga menerima gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Casa) pada Jurusan Pengetahuan, Kebudayaan dan Dawat dari Astrolabe University, Istanbul, Turki pada tahun 2019. 6. Jangan menetapkan kuota saat berdakwah
Salah satu sumber kekayaan Ustads Adi Hidayam adalah seorang khatib. Ia tidak pernah memungut bayaran dari siapa pun yang mengajaknya berbicara.
Ia bahkan rela membayar tiket pesawat dan biaya transportasi lainnya jika konferensi digelar di luar kota.
“Saya tidak suka menanyakan biaya menelpon saya. Saya tidak meminta biaya atau fasilitas. Kalau saya sehat, saya akan datang sendiri dan membeli tiket,” kata Ustadz Ati Hidayat. 7. Memiliki channel YouTube untuk bisnis travel dan umroh
Ustadz Adi Hidayat memperoleh penghasilan dari saluran YouTube Adi Hidayat Official yang memiliki lebih dari 4,9 juta pelanggan dan 2.190 video.
Berdasarkan data Social Plate, ia diperkirakan mendapat penghasilan sekitar Rp 607 juta per bulan dari YouTube.
Selain penghasilan dari YouTube, Ustadz juga memperoleh kekayaan dari berbagai bisnis yang dijalankannya, antara lain Adi Hidayat, travel, dan umrah.
(kamp)