Jakarta – Lebih dari 90 persen sekolah di Gaza rusak akibat pemboman dan serangan Israel. Termasuk sekolah-sekolah yang dikelola UNRWA, badan PBB yang menangani pengungsi Palestina.

Data tersebut dirilis oleh Global Education Cluster, sebuah koalisi organisasi bantuan yang dipimpin oleh UNICEF dan organisasi nirlaba Save the Children. Penghancuran sekolah mengancam masa depan anak-anak di Gaza.

Ketika Gaza memulai tahun ajaran kedua tanpa kegiatan belajar mengajar, banyak anak usia sekolah yang sibuk berusaha bertahan hidup bersama keluarga mereka di tengah serangan dahsyat Israel.

Anak-anak berjalan tanpa alas kaki di jalan tanah untuk mengambil air dari titik distribusi dalam kaleng plastik untuk keluarga mereka yang tinggal di kota tenda yang dipenuhi pengungsi Palestina. Sementara yang lain sedang mengantri di dapur umum untuk menerima jatah.

Para pekerja bantuan memperingatkan bahwa kurangnya pendidikan dapat menimbulkan dampak negatif jangka panjang terhadap anak-anak Gaza. Tess Ingram, juru bicara regional Dana Anak-anak PBB, mengatakan anak-anak kecil menghadapi keterlambatan dalam perkembangan kognitif, sosial dan emosional mereka, sementara anak-anak yang lebih besar terpaksa bekerja atau menikah pada saat itu.

“Semakin lama seorang anak putus sekolah, maka semakin besar risiko mereka putus sekolah secara permanen dan tidak pernah kembali lagi,” ujarnya, seperti dilansir BBC, Senin (9/9/2024).

Sekitar 625.000 anak usia sekolah di Gaza kehilangan pendidikan selama hampir satu tahun. Pada tanggal 7 Oktober, sekolah-sekolah ditutup setelah serangan Israel sebagai tanggapan terhadap serangan Hamas. Belum jelas kapan anak-anak akan kembali bersekolah karena pembicaraan antara Israel dan Hamas untuk mengakhiri konflik tidak membuahkan hasil.