MANAMA – Timnas Indonesia akan bertemu Bahrain pada laga Grup C babak 3 kualifikasi Piala Dunia 2026 Asia pada Kamis (10 Oktober 2024). Terletak di kawasan Teluk Persia, Bahrain menjadi negara yang dinilai dekat dengan Amerika Serikat bahkan disebut-sebut sebagai sekutu utama NATO di Teluk.
Bahkan situs pemerintah AS Navsea.navy.mil menggambarkan betapa eratnya hubungan kedua negara tersebut. Padahal secara geografis, negara yang merdeka pada 15 Agustus 1971 ini letaknya berdekatan dengan Iran dan Arab Saudi.
“Ketergantungan ekonomi Arab Saudi dan kedekatannya dengan Iran mengharuskan negara tersebut untuk mencapai keseimbangan dalam urusan luar negeri antara negara-negara tetangganya yang lebih besar,” tulis Navsea di situs webnya.
Hubungan Bahrain dan AS dimulai ketika negara tersebut memperoleh kemerdekaan pada tahun 1971 setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris. Kedutaan Besar AS di Manama dibuka pada 21 September 1971, disusul dengan duta besar tetap empat tahun kemudian. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1977, kedutaan Bahrain dibuka di Washington, DC.
Bahrain disebut-sebut menjadi mitra utama AS dalam berbagai inisiatif pertahanan di kawasan Teluk. Negara yang dikenal dengan sebutan “Tanah Abadi” atau “Langit Besar” ini merupakan bagian dari Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS.
Pasukan Bahrain juga mendukung Pasukan Bantuan Keamanan Internasional di Afghanistan, memberikan keamanan perimeter di pangkalan militer. Amerika Serikat menunjuk Bahrain sebagai sekutu utama non-NATO pada tahun 2002. Sejarah Bahrain
Sejarah Bahrain berawal dari zaman kuno. Bahrain adalah kota utama peradaban Dilmun kuno. Letaknya yang strategis di Teluk Persia menyebabkan bangkitnya kekuasaan dan pengaruh bangsa Arab, Persia, Babilonia, Asiria, Sumeria, dan Inggris.
Sepanjang sejarah, negara ini dikenal sebagai “Tanah Abadi” atau “Surga Besar” karena terkenal dengan aliran sungai yang sejuk dan ladang palem. Bahrain merupakan penghubung penting antar peradaban, seperti peradaban Fenisia di Levant, Mesopotamia di Irak kuno, dan Lembah Nil di Mesir kuno.
Era modern Bahrain dimulai pada tahun 1783, setelah ditaklukkan oleh Ahmed Al Fateh dan sejak itu diperintah oleh keluarga Al Khalifa. Syekh Isa bin Salman Al Khalifa berkuasa pada 16 Desember 1961 dan dianggap sebagai salah satu pemimpin Arab pionir yang membangun negaranya berdasarkan keadilan dan stabilitas.
Ketika Raja Hamad bin Isa Al Khalifa berkuasa pada tahun 1999, Bahrain memasuki era baru reformasi dan pembangunan dalam monarki konstitusional, sesuai dengan Piagam Aksi Nasional dan revisi Konstitusi tahun 2002. , Bahrain telah mencapai sejumlah prestasi perintis dan berada dalam posisi terkemuka secara regional dan internasional.
(Rabu)
(Rabu)