JAKARTA – Kejahatan dunia maya saat ini semakin berkembang dan canggih seiring dengan perkembangan teknologi. Karena tren yang mengkhawatirkan ini, kita harus lebih waspada agar tidak menjadi korban.
Menurut para ahli dari perusahaan keamanan siber Palo Alto Networks, kewaspadaan ini harus ditingkatkan terutama di kalangan kelompok yang sering menjadi sasaran empuk penjahat dunia maya, terutama kaum lanjut usia.
“Kenapa kelompok (orang tua) seperti ini? “Karena mereka biasanya pensiun dengan banyak uang, mereka kesepian, sehingga sangat mudah untuk menyasar mereka,” kata Steven Scheurmann, wakil presiden regional ASEAN Palo Alto Network, dalam panggilan media, Rabu (20/11/2021). 2024). .
Steven mengatakan bahwa para lansia, terutama yang berusia 60an tahun, berasal dari generasi yang memiliki hubungan berdasarkan kepercayaan, sehingga membuat mereka memiliki mentalitas yang mudah percaya dan kurang waspada terhadap penipuan. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di negara-negara lain, termasuk negara-negara ASEAN.
Hal ini membuat mereka rentan terhadap kejahatan dunia maya seperti penipuan, phishing dan sejenisnya, baik melalui pesan grup chat maupun melalui telepon.
Lebih lanjut, menurut Adi Rusli, Country Manager Palo Alto Networks Indonesia, orang tua saat ini memiliki waktu penggunaan gadget yang hampir sama, bahkan mungkin lebih lama dibandingkan anak-anak, sehingga meningkatkan paparan mereka terhadap potensi kejahatan dunia maya.
“Saya tidak tahu statistiknya ada atau tidak, tapi saya yakin rata-rata screen time antara orang dewasa dan anak-anak hampir sama,” kata Adi.
“Orang tua tinggal bersama istri atau tanpa pasangan, kesepian, teman mereka hanya ponsel (smartphone), screen time tinggi.”
Untuk mengurangi kerentanan tersebut, diperlukan kesadaran siber pada generasi tua tentang mentalitas zero trust atau tidak mudah dipercaya, dan pentingnya verifikasi. Menurut Steven, penelitian jenis ini dilakukan oleh Palo Alto Networks di Singapura.
“Di Singapura, para lansia datang ke Palo Alto untuk mempelajari apa yang bisa dan tidak bisa dipercaya karena generasi mereka, generasi tua, memiliki hubungan berdasarkan kepercayaan,” ujarnya.
Ia juga menekankan perlunya komunikasi dengan anggota keluarga dan komunitas, yang akan membantu menciptakan mentalitas zero-trust.
‘Tapi kamu juga harus hati-hati. “Anda tidak bisa mempercayai semua orang, kembalilah ke mentalitas zero trust,” tambahnya.
Steven menegaskan, para penipu atau pelaku kejahatan siber tidak peduli dengan korbannya. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan agar kita atau keluarga kita tidak menjadi korban kejahatan siber jenis ini.
(dk)