Mother FAIRY Job didirikan pada tahun 2020 oleh Shoshanna Davis dan telah membantu 20.000 anak muda memahami apa yang diinginkan perusahaan.
Rangkuman dari Theguardian.com pada Rabu (19/09/2024) Shoshanna juga bekerja sama dengan dunia usaha dan universitas untuk membantu mereka memahami kebutuhan generasi muda. Davis menjelaskan bahwa kesehatan mental sering kali muncul dengan cara yang tidak selalu terlihat oleh pemberi kerja.
“Ada tema-tema yang berulang, seperti ‘pekerja muda kita tidak termotivasi, mereka tidak termotivasi, mereka merasa berhak’ dan banyak dari isu-isu ini terkait dengan layanan kesehatan,” katanya.
Menurut Davis, generasi muda sudah melakukan segala hal yang dianjurkan, seperti bersekolah dan melanjutkan studi hingga perguruan tinggi. Namun, mereka seringkali menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan atau tidak mampu melakukan pekerjaan dengan baik, sehingga menyebabkan inefisiensi dan kurangnya motivasi.
Salah satu penyebab kecemasan ini mungkin karena pemikiran yang bersifat bencana, yaitu perfeksionisme yang sering kali muncul karena tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi dalam ujian. Davis juga bercerita tentang seorang pemuda yang secara tidak sengaja mengirimkan email ke klien.
“Bagi mereka, itu adalah kepanikan total. Mereka kecewa padahal kata manajer tidak apa-apa dan itu bisa saja terjadi. “Tetapi orang ini masih memikirkan kejadian itu beberapa bulan kemudian dan akan dipecat,” katanya.
Hal lain yang membebani generasi muda adalah krisis biaya hidup dan perasaan ‘penerbangan epidemi’ dimana pelajar dan mahasiswa telah membuang-buang waktu selama lockdown Covid-19 dan berada dalam ketidakpastian.
Selain itu, inkonsistensi antara berita mengenai keterampilan dan kekurangan lapangan kerja di Inggris serta kesulitannya dalam mendapatkan pekerjaan yang baik juga merupakan sebuah masalah. Davis menambahkan bahwa banyak anak muda yang mereka bantu berusaha mencari pekerjaan baik di sektor ritel maupun perhotelan, dan pekerjaan untuk siswa sekolah menengah sangat kompetitif.
“Prospek untuk mendapatkan sesuatu yang dinanti-nantikan pasti membantu dari sudut pandang kesehatan mental. Namun banyak orang yang tidak punya harapan, karena kami tidak punya uang untuk membeli rumah, jalan-jalan, atau bahkan punya pekerjaan yang kami sukai, tapi hanya pekerjaan pertama yang kami dapat untuk melunasi uang tersebut,” ujarnya.
Menurut Davis, opini generasi tua terhadap generasi muda harus kuat dan sedikit picik.
“Bukankah kita menginginkan yang terbaik untuk generasi muda penerus bangsa? “Media telah menciptakan banyak stereotip dan generalisasi tentang Gen Z. Yang diperlukan hanyalah sedikit semangat untuk menjadikan kita orang yang lebih baik,” ujarnya.
Dengan memahami tekanan yang dihadapi generasi muda, baik dari segi kesehatan mental maupun tantangan ekonomi, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung. Hanya dengan pendekatan yang lebih sensitif dan perhatian terhadap kebutuhan mereka, kita dapat membantu generasi ini berkembang dan mencapai masa depan yang cerah.
(Singa)