GELARAN Bali Fashion Trend menghadirkan warnanya setiap tahunnya. Pada tahun 2024, BFT akan diselenggarakan di TS Suites Seminyak pada tanggal 27 hingga 29 September 2024.

Lenny Agustin, presiden nasional Kamar Mode Indonesia (IFC), mengungkapkan bahwa BFT memiliki tujuan atau prestasi yang berbeda dibandingkan perhelatan mode nasional lainnya.

Pasalnya, ia meyakini ajang BFT yang digelar setiap tahun memiliki pangsa pasar. Dengan cara ini, desainer terkait dapat lebih meningkatkan jangkauan pasarnya. Tren Fashion Bali 2024 (MPI/Wiwie)

“Selain keberlanjutan, kita harus memikirkan pangsa pasar Bali. Pasarnya mungkin sedikit berbeda dengan Jakarta atau kota lain,” kata Lenny baru-baru ini dalam wawancara di TS Suites Seminyak.

Jadi guys, mungkin kita akan tampilkan koleksi-koleksi yang lebih cocok untuk Bali, lebih ke resort wear, imbuhnya.

Lenny melanjutkan dalam turnya bahwa salah satu koleksi yang paling dinantikan di ajang BFT adalah koleksi resort wear.

Hal ini karena pasar di BFT didominasi oleh wisatawan dari berbagai negara, yang lebih memilih pakaian resor dibandingkan pakaian pesta.

“Pakaian yang paling laris di sini adalah model resor. Ada juga gaun malam, karena banyak orang asing yang berpesta di sini,” kata Lenny.

Lenny melanjutkan, ajang BFT sendiri merupakan wadah bagi para desainer di Indonesia untuk lebih memahami selera pasar internasional.

“Tujuan BFT sendiri lebih sebagai ajang pelatihan bagi teman-teman yang berbisnis di sini, untuk menguji pasarnya, pasar internasional kok,” tuturnya.

“Bali pasarnya luas, pasarnya internasional. Jadi mereka bisa belajar apa selera masyarakat internasional. Jadi belajar di sini,” sambungnya.

Namun acara BFT juga menjadi ajang dimana para ekspatriat juga bisa melihat beberapa koleksi fashion khas Indonesia.

Sehingga BFT dapat menjadi media untuk mempromosikan fashion khas Indonesia seperti wastra di pasar internasional.

“Dan penting sekali menampilkan karya anak-anak IFC, selain mahasiswa desainer juga banyak pendatang, sehingga banyak juga yang mulai mengenal desainer Indonesia.”

Siapa tahu mereka juga terpengaruh selera Indonesia.

(rpa)