JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menunjuk pemeriksaan publik terhadap calon menteri, wakil menteri, dan kepala lembaga di kabinet pemerintahan masa depan. Peserta yang dilantik juga berasal dari kalangan profesional, mulai dari selebriti/artis, profesional, politisi, akademisi, hingga lembaga publik. 

Arif Noor Imam, Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia (SDI), angkat bicara soal isu kotak rezim Prabowo-Jibran yang terlalu tebal atau terlalu tebal. Menurut dia, puluhan tokoh yang diundang ke Kertanigra merupakan simbol akomodasi politik yang masih terkait dengan kemenangan pemilu 2024. 

“Kotak penyegaran ini jelas menunjukkan adanya akomodasi politik yang berupaya menyatukan seluruh kekuatan politik, tidak hanya partai politik tetapi juga lembaga-lembaga besar dan profesi,” kata Arif berbicara di OKZON, dikonfirmasi di Belanda. 

Prabowo mengundang sedikitnya 108 orang ke kediamannya pada 14 Oktober hingga 15 Oktober 2024. 

Dari jumlah tersebut, disebutkan ada puluhan menteri kabinet di pemerintahan Jokowi yang akan kembali masuk ke masa kekuasaan Prabowo Subianto. Menurut Arif, ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait permasalahan ini yang bisa diselesaikan. 

“16 menteri yang kembali dari era Jokowi, tentu saja karena selain faktor lokowi di kotak formasi, juga karena 16 menterinya sebagian besar dikenal dan beberapa di antaranya adalah bangsawan yang membantu Prabowo,” kata Arif. . 

Sementara itu, Arif menilai mengejutkannya kehadiran selebritis di kubu Prabowo-Jabran tak lepas dari keterlibatannya di pesta Demokrasi 2024. 

Banyak selebritis yang tampil sebagai calon Menteri dan Wakil Menteri Prabowo Gibran, seperti Rafi Ahmed dan Gearing. Faktor kartun selebritis masuk kabinet adalah mereka berkeringat di Pilpres kemarin. Oleh karena itu, ini juga bagian dari akomodasi politik. kata Arif. 

Di sisi lain, Direktur Democracy and Electoral Power Group (DEEP) Indonesia Nini Noor Hayati punya pendapat berbeda soal kehadiran selebriti di kubu Prabowo-Jabran. Ia mengamati bahwa kehadiran para seniman ini tidak terlihat dari bakat, kemampuan politik, atau penelitian mereka. 

“Namun, mereka diikutsertakan karena kedekatan dan kepentingan politik. Satu-satunya kecenderungan memasukkan artis ke dalam kabinet adalah untuk mendapatkan vote atau suara, tanpa melihat urusan dan etika politiknya.” Nanny mengkonfirmasi secara terpisah. 

“Tantangan yang paling penting dan sulit adalah kekhawatiran bahwa para seniman tidak mengeluarkan idenya dan tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karena transisi mereka di lapangan tidak memiliki banyak pengalaman.” 

Namun, Nene mengungkapkan, ada alasan yang masuk akal bagi Prabowo untuk merekrut organisasi berskala besar ke dalam kabinetnya. Menurutnya, orang-orang yang dihadirkan merupakan tokoh-tokoh yang sudah lama mengakui kompetensinya di bidangnya masing-masing. 

Wakil Sekretaris LHKP PP Muhammadiyah ini mengatakan, “Masih beruntung Prabowo bisa disandingkan dengan kehadiran lembaga-lembaga rekonstruksi publik yang mempunyai kemampuan menangani permasalahan nasional di bidang tersebut. 

Ia mencontohkan keputusan tepat Prabhu Muhammadiyah yang merekrut sejumlah kader. Pasalnya, dalam hal ini masyarakat yang akan diajak ke dalam lingkaran kekuasaan mampu bekerja dengan penuh dedikasi untuk membangun Indonesia yang lebih baik. 

“Pak Prabowo benar-benar memilih kader yang tepat dan kami keputusannya benar-benar mewakili kelompok dan mewakili masyarakat. Ketika kader-kader Muhammadiyah memberikan amanah, bukan hanya badannya tapi juga masyarakat Indonesia. jiwa yang menjadi satu kesatuan yang besar, yang dilakukan oleh kader-kader Muhammadiyah akan tercapai, begitu pula lembaga-lembaga publik lainnya, kalangan akademisi, profesional lainnya” tutupnya. 

(ara)