JAKARTA – Keamanan siber menjadi isu penting di Indonesia yang sangat rentan terhadap serangan di dunia maya. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah serangan siber yang masuk ke Indonesia pada paruh pertama tahun 2024 yang mencapai 2,5 miliar atau 158 serangan per detik.

Jumlah serangan yang meningkat sebesar 619,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penyelenggaraan acara besar yang berkaitan dengan masyarakat Indonesia, seperti pemilu 2024. data.

Yudhi Kukuh, pendiri AwanPintar.id, mengatakan sebagian besar serangan siber tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan hak administratif. Serangan ini merupakan upaya penyerang untuk mengambil kendali sistem secara paksa.

“Serangan siber di Indonesia didominasi oleh upaya untuk mendapatkan hak administratif. Jadi bukan lagi serangan yang menembus atau mencari celah, tapi mulai mengambil alih,” kata Yudhi di Jakarta, Rabu (28/08/2021). 2024).

Serangan siber tersebut mayoritas berasal dari Amerika Serikat dengan persentase sebesar 22,34 persen. Disusul Turki dengan 6,61 persen, Brasil dengan 6,15 persen, Tiongkok dengan 5,98 persen, dan Hong Kong dengan 5,89 persen.

Kendati demikian, Yudhi mengungkapkan serangan siber tidak hanya terjadi di luar negeri. Melalui AwanPintar, ia mampu mendeteksi serangan yang datang dari dalam negeri dan jumlahnya cukup besar.

Oleh karena itu Yudhi menghimbau semua pihak untuk meningkatkan keamanan sibernya. Selain itu, karena peristiwa yang terjadi di negara tersebut, serangan yang dilakukan setiap bulannya semakin meningkat.

Biasanya serangan siber bergantung pada waktu. Bulan-bulan tertentu ada peningkatan atau penurunan serangan. Biasanya ada di bulan itu. Yang paling besar adalah kapan peristiwa itu terjadi, katanya.

Misalnya, pada Januari 2024, tercatat 240 juta serangan siber. Pada Februari 2024, jumlah ini tentu saja meningkat menjadi 342 juta. Bulan berikutnya, jumlahnya meningkat pesat menjadi 564,83 juta. Kemudian pada April 2024 menurun menjadi 431,22 juta dan terus menurun pada Mei 2024.

Menariknya, AwanPintar menemukan beberapa wilayah kecil yang terlibat serangan siber seperti Majenang, Patuk, dan Kacapiring. Meski jumlahnya kecil, namun hal ini menjadi pengingat bahwa serangan bisa datang dari mana saja dan kapan saja.

 “Ketika komputer terkoneksi dengan internet, maka komputer tersebut menjadi bagian dari jaringan. Ada juga kemungkinan ikut menyerang atau mengalami serangan siber. Hal seperti itu juga kita deteksi,” kata Yudhi.

(dka)