Saat ini dunia kedokteran terus mengalami perkembangan dalam hal pengobatan. Salah satunya adalah inovasi pengobatan penyakit pada sistem muskuloskeletal (sistem yang terdiri dari tulang, sendi, otot, saraf, dan jaringan ikat) dengan menggunakan sel induk atau stem cell.

Saat ini, terapi sel induk disetujui untuk 15 diagnosis medis di bidang ortopedi, termasuk osteoartritis, kerusakan tulang, patah tulang, cedera ligamen, dan lain-lain. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia n. HK.01.07/MENKES/1359/2024 tentang Pedoman Pemberian Pelayanan Terapi Sel Punca di Bidang Ortopedi dan Traumatologi mengakui terapi ini sebagai metode yang sah dan efektif untuk pengobatan berbagai masalah ortopedi.

Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi, subspesialis, konsultan pinggul dan lutut, prof. Dr. Dr. Ismail Hadi Soebroto Dilogo, Sp.O.T Subsp.P.L(K) dari RS Siloam menjelaskan, sel punca merupakan sel yang dapat beregenerasi dan berkembang biak sehingga berpotensi digunakan untuk menggantikan jaringan tubuh yang rusak. 

Sel induk juga mampu beradaptasi dengan sel di area target untuk melengkapi kekurangan, memperbaiki kerusakan yang diperlukan, dan berubah berdasarkan lokasi sel mana pun. 

“Karena kemampuannya memperbaiki dan mengganti jaringan yang rusak, pengobatan ini menawarkan solusi efektif bagi pasien yang menderita cedera atau penyakit kronis pada tulang, sendi, dan ligamen,” kata Prof. Ismail pada seminar “Paradigma Baru dalam Perawatan Ortopedi: Peran Sel Punca dan Metabolit dalam Penyakit Ortopedi” di Rumah Sakit Siloam Mampang baru-baru ini. 

Prof. Ismail mengatakan, pengobatan sel induk dilakukan setelah langkah pengobatan selesai. Bukan sebagai upaya terakhir, namun sebagai langkah tambahan (dari atas) untuk meningkatkan hasil pengobatan.

Perawatan dapat dilakukan baik di klinik rawat jalan maupun melalui prosedur bedah, tergantung kondisi pasien. Sebelum memulai terapi sel induk, ada beberapa langkah dan persiapan yang harus dilakukan. 

Langkah pertama adalah konsultasi dengan dokter spesialis ortopedi yang paham tentang sel punca. Setelah itu bila perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Setelah pasien dinyatakan memenuhi syarat, langkah selanjutnya adalah terapi sel induk, yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan medis pasien.

“Terapi sel induk membuka kemungkinan baru dalam pengobatan regeneratif. “Ini bukan hanya tentang memperbaiki cedera, ini juga tentang memberikan harapan kepada pasien dengan kondisi ortopedi yang sebelumnya pilihan pengobatannya terbatas,” tambah Prof. Ismail.

Salah satu pasien RS Siloam Mampang yang menjalani suntik stem cell adalah ibu rumah tangga L (59 tahun), yang sudah lama menderita nyeri lutut sehingga menyulitkan aktivitas sehari-hari, terutama saat perjalanan jauh. 

Awalnya Ny. L mencoba berbagai pilihan, mulai dari pengobatan PRP hingga obat pereda nyeri. Meski sudah merasa lebih baik, efeknya hanya sementara dan lututnya masih terasa sakit. Karena tak ingin mengganti sendi lututnya dengan operasi, Ny. L masih mencari solusi lain. Saya pun berkonsultasi dengan dokter di Singapura yang menawarkan pengobatan sementara, namun hasilnya tidak maksimal.

Pada akhirnya Ny. L memutuskan untuk berkonsultasi dengan Prof. Dengan Ismail yang menyarankan terapi sel induk. “Setelah disuntik, rasa sakit di lutut saya berkurang dan saya merasa lebih nyaman,” ujarnya.

Saya berharap suntikan ini bisa menjadi solusi jangka panjang tanpa operasi dan lutut bisa pulih sepenuhnya, ujarnya.

(qlh)