Menarik sekali jika kita menilik sejarah Inkatsu Pordibya. Pertahanan diketahui telah didirikan pada tahun 1966. Inkatsu Pordibya didirikan di lingkungan TNI Angkatan Laut (TNI AL) dengan nama asli Pordibya Bela Diri oleh pendiri dan guru besar Bela Diri Pordibya, Dr. Soetjipto Pramono.
Dr. Soetjipto Pramono merupakan salah satu anggota TNI Angkatan Laut yang ditugaskan oleh atasannya untuk mencari bentuk ilmu bela diri guna meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani anggota TNI Angkatan Laut Pordibia yang bercirikan perpaduan teknik dan gaya Silat. Judo, Karate dan Jujitsu.
Pada tahun 1967, Pordibia diperkenalkan ke publik. Untuk pertama kalinya, pelatihan umum digelar di Perumahan Militer Tentara Jenderal Urip Sumoharjo Jakarta. Pada tahun yang sama, Pordibya terdaftar di Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.
Kemudian pada tahun 1968 dibuka Perguruan Pencak silat Pordibya dengan dibukanya kelas pertama Pordibya oleh Wakil Direktur Palad di gedung Direktorat Palad. Setahun kemudian, Perguruan Bela Diri Pordibya mengikuti demonstrasi bersama Tim Karate Jepang di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Selanjutnya pada bulan November 1970, Pordibya menjadi organisasi resmi dan terdaftar dengan nama Lembaga Pengembang dan Penyebar Olahraga Dibya Indonesia yang disingkat Institut Pordibya yang berkedudukan di Jakarta.
Pada bulan Desember 1970, Pordibia melakukan tes promosi bersama tim penguji karate, Prof. Teuku M.A. Shahriar Machjudin MSc. Dari Unit Karate Black Panther Internasional, A. Rachman Kadir BA. Shotokan Karate (PORKI), Mayor Marinir Martias Darvis dari Perwira Latihan Fisik Angkatan Darat dan Dr. Soetjipto Pramono, selaku Ketua Dewan Guru Pordibia.
Melanjutkan kiprahnya di masyarakat, pada bulan Juni 1971, Pordibya menghadap Danjen dan Wakil Danjen AKABRI di markas AKABRI di Jakarta. Dalam kurun waktu 3 tahun, Pordibya berkembang hampir di seluruh wilayah Jakarta.
Pada tahun 1971, Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) meminta Pordibia menjadi anggotanya. Namun saat ini Pordibia belum siap menjadi anggota IPSI.
Meski Pordibya bukan anggota IPSI, Dr. Soetjipto Pramono, pendiri sekaligus Ketua Dewan Guru/Guru Besar Pordibya, menerima permintaan IPSI untuk duduk di Komisi Teknis Daerah IPSI Komda DKI Jaya dan Komisi Teknis PB IPSI.
Peran Pordibia dalam sejarah karate di Indonesia tercatat pada tahun 1972. Saat itu, Dr. Soetjipto Pramono bersama 24 pimpinan perguruan karate se-Indonesia menandatangani ikrar pendirian Federasi Olahraga Karate Do Indonesia (Forky).
Pada tahun-tahun berikutnya, Pordibia berkembang pesat di seluruh Indonesia. Kemudian pada tahun 1973 dibentuk pemerintahan daerah di Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat dan Rio.
Meski demikian, Pordibia kemudian menghentikan kegiatan tersebut mulai tahun 1975, setelah ketua dewan guru, Dr. Soetjipto Pramono keren karena harus wajib militer. Ia juga menjabat sebagai ketua dewan guru pada tahun 1986. Namun pada tahun itu, yang tersisa hanya DKI Jakarta dan Pemda Jabar.
Saat itu, kondisi kampus sedang memprihatinkan. Ketua dewan guru dan pengurus saat ini telah mengambil berbagai tindakan untuk menyelamatkan dan memperbaiki organisasi. Hasil dari proses tersebut salah satunya adalah perubahan nama Institut Pordibya menjadi Institut Karate-Jutsu Indonesia Pordibya yang disingkat Inkatsu Pordibya.
Satu tahun kemudian, pada tahun 1987, Inkatsu Pordibia mengadakan pelatihan menengah di Ravasari untuk sabuk Hitam dan Coklat. Selain bertujuan untuk menggalang persahabatan, rasa persatuan, juga bertujuan untuk menyamakan dan meningkatkan keterampilan teknis, serta memperkenalkan kembali nilai-nilai rasional universitas.
Kemudian, Inkatsu Pordibya mengambil beberapa agenda strategis, yaitu mengkaji dan mulai menyusun rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta melakukan integrasi organisasi, dan menyiapkan pengurus baru. Di sisi lain, pihak perguruan tinggi saat itu juga mulai menjalin kontak dengan PB Forky dan ketua dewan pengajar universitas lain.
Pada tahun 1988, Tim Perumus/Perumus Anggaran Dasar telah menyelesaikan pekerjaannya. Inkatsu Pordibya kembali tumbuh subur, pengelola di berbagai distrik kembali bekerja dan berbagai aktivitas dilakukan.
Begitu pula dengan keikutsertaan atlet karate Inkatsu Pordibya dalam berbagai ajang, salah satunya menyelenggarakan Kejuaraan Daerah Pordibya DKI Jaya, mengikuti Kejuaraan Daerah FORKI DKI Jakarta, kemudian Kejuaraan Nasional FORK di Jakarta dan akhirnya lolos pemilihan FORK. berpartisipasi dalam kompetisi WUKO di Mesir.
Dalam kurun waktu hampir 10 tahun sejak tahun 1989, Inkatsu Pordibia telah mengalami perjalanan yang luar biasa. Selain jumlah pengurus daerah yang terus bertambah, serta diadakannya kompetisi dan keikutsertaan di berbagai kejuaraan dalam negeri.
Pada tanggal 7 November 1996, Inkatsu Pordibia menyelenggarakan Lokakarya Nasional yang disebut juga Konferensi Nasional Inkatsu Pordibia di Gedung DPP Ampi Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa pengurus daerah yaitu Pengurus Daerah DKI Jaya, Pengurus Daerah Jawa Barat, Pengurus Daerah Irian Jaya, Pengurus Daerah Sumut, dan Pengurus Daerah Sumsel.
Lokakarya Nasional tersebut menetapkan beberapa program yaitu pengisian jumlah Pengurus Daerah, menggarap berbagai kegiatan FORKI, pembentukan Pengurus Pusat Inkatsu Pordibya, pengembangan periklanan/kesenian dan pengiriman pelatih dari Pengurus Pusat ke Daerah. Hasil pertemuan, Tahun 1997, daerah Pemerintahan didirikan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Irian Jaya, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Barat. kalimantan.
Perjalanan Inkatsu Pordibia kembali melalui ujian, pada tanggal 8 Juni 2004, pendiri Perguruan Karate Inkatsu Pordibia dan Profesor Dr. Soetjipto Pramono meninggal dunia dan dimakamkan di kota Surakarta (Solo).
Melanjutkan kepemimpinan di Inkatsu Pordibya, pada bulan November 2004 di Mega Mendung Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, telah dilakukan pembukaan putra keempat Profesor Dr. Soetjipto Pramono, dan ahli warisnya yaitu Dr. Rahsa Barunasto sebagai Ketua Dewan Guru Inkatsu Pordibya. Acara peresmian tersebut dihadiri oleh Dewan Sabuk Hitam (MSC) se-Jabodetabek.
Di bawah kepemimpinan Dr. Rahsa Baronasto. Inkatsu pordibia terus berkembang. Sejak tahun 2005 hingga 2010, pemerintahan daerah Inkatsu Pordibia menjadi 8 kabupaten. Dan pada tahun 2012 – 2013 terdapat 13 wilayah yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Papua Barat, Sumatera Utara, Papua, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Jambi, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.
Mulai tahun 2023, selain ketua dewan guru Dr. Rahsa Barunasto, Inkatsu Pordibya juga mempunyai pemerintahan baru periode 2022-2026 di bawah pimpinan Ketua Umum TNI Laksamana Pertama (Purn) Purwanto, S.e., M.M, M.Si (Han) dan Ketua Harian Laksamana Pertama TNI. (Purn.) Dr. Vian Warka, M.M. Yang bersama-sama bertekad mengembalikan kemajuan, kesuksesan dan kejayaan Inkatsu Pordibya.
Pada tahun 2024, setelah melalui berbagai hal internal, Inkatsu Pordibia menyelenggarakan Musyawarah Nasional di Jakarta pada hari ini, Minggu (1/12/2024), dengan agenda penegasan beberapa hal mendasar yaitu prinsip-prinsip idealisme universitas, kebenaran sejarah, kehadiran. serta pengukuhan Anggaran Dasar dan Peraturan Daerah Kota Inkatsu Pordibya sebagai perguruan karate yang terus berupaya mengembangkan atlet karate berprestasi.
Selain itu, konferensi nasional ini juga akan dijadikan kesempatan untuk mendesak Forki agar segera mengadakan konferensi nasional untuk mengukuhkan posisi Inkatsu Pardibia sebagai anggota Forki. Pers tersebut muncul setelah Inkatsu Pordibya memenangkan proses hukum di Badan Arbitrase Indonesia (Baori) dan Proses Perkara Perdata No. 654/Pdt.G/2023 di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
(dji)