Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia resmi menunjuk Indonesia Medical Research Center (INA-CRC) sebagai koordinator penelitian klinis terpadu di Eijkman Center, Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada Rabu 16 Oktober 2024 hari ini. Kami berharap peluncuran INA-CRC dapat membuka akses terhadap obat-obatan dan vaksin baru dan inovatif yang aman bagi masyarakat Indonesia.
INA-CRC didirikan berdasarkan rekomendasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan dioperasikan oleh Balai Besar Ginekologi dan Biomedik dan Kesehatan (BB Binomika).
Dalam sambutannya, Asisten Menteri Kesehatan Indonesia (Wamenkes) Prof. Dante Saksono Harbuwono menyatakan peluncuran INA-CRC merupakan langkah maju dalam mentransformasi riset klinis dan memposisikan Indonesia sebagai pusat penelitian klinis berstandar internasional.
Profesor Madya. Dante.
Profesor Madya. Dante mengatakan peluncuran INA-CRC memberikan peluang untuk melampaui capaian negara tetangga, dengan memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, seperti sumber daya manusia dan keanekaragaman genetik dan epigenetik yang unik.
“Hal ini menjadikan kami ideal untuk pengembangan pengobatan inovatif seperti terapi gen, yang memungkinkan kami menciptakan pengobatan yang beradaptasi dengan karakteristik genetik dan lingkungan, sehingga dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Pengenalan INA-CRC didasarkan pada perintah Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.01.07/MENKES/1458/2023 tentang Penyelenggaraan Penelitian Klinik di Rumah Sakit, dengan tujuan untuk memfasilitasi dan mengelola Unit Penelitian Klinik (CRU) di seluruh rumah sakit di Indonesia.
Dalam jangka panjang, INA-CRC diharapkan dapat mendukung sekitar 3 ribu rumah sakit di seluruh Indonesia, dan menjadi pemain kunci dalam pengembangan inovasi medis global.
“Dengan adanya INA-CRC sebagai one stop solution yang mengkoordinasikan CRU rumah sakit di Indonesia, dengan komite etik pusat penelitian klinis multicenter, kami berharap dapat mempersingkat proses pemerintah dalam melakukan penelitian-pengobatan rumahan di Indonesia. Indonesia .dan peningkatan daya saing dan daya tarik) Indonesia sebagai tujuan penelitian klinis bagi industri dalam negeri dan internasional,” ujar Prof. Dante.
Profesor Madya. Dante juga menegaskan, jumlah uji klinis di Indonesia yang berpenduduk lebih dari 270 juta jiwa masih belum terbaik dibandingkan negara tetangga.
“Memang Indonesia memiliki posisi strategis untuk menjadi tempat uji klinis yang menarik karena aset populasinya yang besar, institusi kesehatan yang kompeten, dan banyak penyakit yang dapat dijadikan objek penelitian,” ujarnya.
Dengan hadirnya INA-CRC, kami berharap Indonesia dapat mempercepat inovasi teknologi baru, seperti yang ditunjukkan oleh studi kasus uji klinis vaksin kanker mRNA.
Hanya 18 persen obat baru yang diluncurkan sejak tahun 2012 berada di Indonesia, dan hanya 4 persen uji klinis di Asia Selatan yang dilakukan di Indonesia, padahal 40 persen penduduk Asia Selatan tinggal di Indonesia. Pada tahun 2018, Indonesia hanya melakukan 414 uji klinis uji coba dibandingkan dengan 2.300 uji klinis di Thailand.
“Pandemi Covid-19 merupakan sebuah peringatan akan pentingnya dan pentingnya ekosistem uji klinis yang kuat dalam ketahanan kesehatan nasional. Sejak saat itu, Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah-langkah strategis untuk membangun landasan – landasan medis, ekologis yang lebih kuat. tes di Indonesia,” kata Wamenkes.
Indonesia saat ini sedang melakukan tiga uji coba vaksin TBC sebagai bagian dari upaya pemberantasan TBC dari negaranya. Di sisi lain, INA-CRC menawarkan banyak layanan strategis untuk mendukung pengembangan penelitian klinis di Indonesia, antara lain memfasilitasi penelitian klinis di seluruh Indonesia, mengembangkan registry penelitian klinis nasional, meningkatkan kapasitas CRU, memfasilitasi proses persetujuan etik melalui pusat. komisi etik. , serta menyediakan template kontrak penelitian untuk mempercepat proses hukum dan administrasi dengan kemudahan transfer bahan penelitian.
Sebagai bagian dari inisiatif strategis tersebut, Tony Blair Institute for Global Change (TBI) Indonesia berperan sebagai mitra pengetahuan yang mendukung pengembangan kapasitas penelitian klinis dan inovasi kesehatan, serta meningkatkan daya saing penelitian klinis Indonesia di tingkat global.
Hal ini juga sejalan dengan rencana reformasi kesehatan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan universitas dan universitas di Indonesia. Dengan diluncurkannya INA-CRC, Indonesia berkomitmen untuk menjadi pemain utama dalam penelitian klinis global, mempercepat inovasi layanan kesehatan, dan meningkatkan daya saing nasional di sektor kesehatan.
(Leo)