JAKARTA – Kemajuan teknologi semakin membawa kemudahan dan mempermudah berbagai aspek kehidupan manusia, terutama hadirnya teknologi digital dan kini kecerdasan buatan (AI). Kehadiran teknologi ini juga dimanfaatkan Arab Saudi sebagai tuan rumah ibadah haji.

Merencanakan ibadah haji adalah tugas yang sangat besar, menampung jutaan umat Islam setiap tahun di Tanah Suci membutuhkan persiapan yang matang, perencanaan, tenaga dan biaya yang besar. Bahkan bagi Kerajaan Arab Saudi, hal ini merupakan tugas yang menantang untuk dilakukan dengan baik.

Untuk mempermudah dan menyederhanakan tugas ini, negara telah mulai menggunakan berbagai teknologi, terutama AI, untuk menyelenggarakan ibadah haji. Hal ini juga bertujuan untuk memberikan pelayanan dan pengalaman terbaik bagi jamaah yang menganut rukun Islam yang kelima.

Arab Saudi telah mulai menggunakan teknologi ini dalam perencanaan haji, khususnya selama pandemi Covid-19, di mana aturan jarak sosial diterapkan secara ketat dan mengakibatkan minimalnya keterlibatan manusia secara langsung dengan jamaah selama ibadah haji. Pada saat ini, otoritas haji Arab Saudi meluncurkan Nusuk, sebuah aplikasi dan platform yang menyederhanakan perencanaan dan pemesanan seluruh pengalaman haji bagi jamaah.

Selain itu, robot dan mesin otomatis juga digunakan untuk tugas-tugas seperti desinfeksi dan sterilisasi tempat ibadah serta distribusi air Zamzam. Sejak tahun lalu, kerja mesin dan robot telah ditingkatkan dengan AI sehingga dapat berinteraksi langsung dengan jamaah haji dalam 11 bahasa serta memberikan bimbingan dan bantuan dalam menunaikan ibadah haji.

Proses pemasukan jemaah haji di Arab Saudi juga dipermudah dengan bantuan teknologi AI. Teknologi tersebut telah diterapkan oleh Mecca Route Initiative di 11 bandara di tujuh negara dan di 14 titik masuk jamaah yang tiba di Arab Saudi, OneArabia melaporkan.

Titik masuk ini dilengkapi dengan 1.092 stasiun kerja dengan perangkat perekaman dan registrasi biometrik terbaru, yang dijaga sepanjang waktu oleh tim staf teknis berskala nasional untuk memastikan kesinambungan layanan.

Teknologi juga dimanfaatkan untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan jamaah haji selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.

Drone digunakan untuk memantau arus jamaah ke Mekah sepanjang waktu untuk memastikan pengalaman yang lancar. Sementara itu, pengawas lapangan yang memakai kacamata augmented reality memantau transportasi dan pola lalu lintas.

Sistem yang didukung AI digunakan untuk mengoptimalkan jadwal dan alur organisasi, mengelola pengendalian massa, dan memastikan distribusi sumber daya yang efisien.

Bagi para lansia dan penyandang disabilitas, digunakan teknologi baru seperti mobil gfold dan skuter listrik yang dapat dipesan oleh jamaah, sangat membantu mobilitas mereka.

AI dan asisten virtual telah digunakan untuk membantu jamaah mendapatkan informasi dan menemukan orang hilang. Visi komputer dan algoritma pemrosesan bahasa alami juga dapat membantu komunikasi untuk melayani wisatawan yang mungkin tidak dapat berbicara bahasa lokal.

Dampak positif AI pada berbagai tugas pengelolaan data dan perencanaan logistik tidak dapat diragukan lagi. Penyelenggaraan ibadah haji menjadi jauh lebih mudah dan sederhana dengan penggunaan teknologi ini.

Meski penggunaan kecerdasan buatan untuk pelayanan haji semakin meluas dan kemungkinan akan semakin berkembang, namun teknologi tersebut diyakini belum bisa menggantikan peran mereka yang terlibat dalam penanganan jamaah, khususnya di bidang medis. AI dinilai kurang kreatif dalam menyelesaikan masalah, beretika dalam mengambil keputusan sesuai situasi dan kepekaan, terutama terhadap budaya jamaah seperti pekerja haji.

(dka)