Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan tiga fokus utama dalam pengembangan layanan platform SATUSEHAT: digitalisasi integrasi platform dan orientasi pasien. Hal itu disampaikannya pada acara soft launching SATUSEHAT Logistics di Jakarta pada Selasa, 15 Oktober 2024.
“Pertama-tama, saya ingin mendigitalkan seluruh aktivitas saya. Kedua, integrasi ke dalam satu platform, yang sekarang kami sebut SATUSEHAT. Ketiga, semuanya harus fokus pada kepentingan pasien, kata Menteri Kesehatan Budi. katanya.
Menteri Kesehatan Budi mengatakan, aplikasi yang digunakan kurang dari satu juta pengguna per tahun di Indonesia yang berpenduduk kurang lebih 280 juta jiwa, belum bisa dianggap sebagai aplikasi yang baik.
“Apa pun aplikasinya, jika digunakan oleh kurang dari satu juta pengguna per tahun, itu bukanlah aplikasi yang bagus. Setidaknya satu juta pengguna. “Karena berdasarkan rekam jejak kami, aplikasi Peduli Proteksi sudah digunakan lebih dari seratus juta orang,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menkes Budi mengapresiasi peran UNDP dalam pembuatan Sistem Logistik SATUSEHAT yang merupakan salah satu komponen dari aplikasi SATUSEHAT. Menurut Menkes Budi, pelacakan ketersediaan vaksin di setiap fasilitas kesehatan akan lebih mudah dengan adanya komponen SATUSEHAT Logistics di aplikasi SATUSEHAT.
“Namun saya ingin persoalan ini tidak hanya terbatas pada vaksin saja. Menteri Kesehatan mengatakan, “Saya ingin ini dikembangkan untuk pemantauan obat-obatan.”
Sementara itu, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Rizka Andalusia mengatakan, proses pelacakan obat yang diminta Menteri Kesehatan Budi dikembangkan melalui Electronic Health Logistics Monitoring and Inventory System (SMILE).
Menurutnya, SMILE yang merupakan bagian dari SATUSEHAT Logistics dapat dimanfaatkan oleh tenaga medis dan profesional kesehatan untuk memastikan ketersediaan obat-obatan dan peralatan kesehatan yang transparan dan tepat waktu.
“Sistem ini bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan inventaris dengan menyediakan pengolahan data yang transparan dan terintegrasi, sehingga dapat menyelaraskan pasokan dan permintaan di seluruh fasilitas kesehatan,” kata General Manager Rizka.
General Manager Rizka juga menjelaskan bahwa SATUSEHAT Logistics lahir dari sistem pencatatan dan pelaporan data obat dan alat kesehatan (ALKEZ) yang terfragmentasi. Menurutnya, hal ini membuat pengawasan di tingkat regional dan nasional menjadi sulit, padahal kebutuhan masyarakat terhadap obat-obatan dan perbekalan kesehatan tertentu berbeda-beda di setiap daerah.
Sebelumnya, teknologi Smile yang merupakan hasil kolaborasi Kementerian Kesehatan, UNDP dan Gavi terbukti mampu memantau rantai pasok vaksin Covid-19 di masa pandemi. Menurut Direktur Jenderal Rizka, Resident Representative UNDP Indonesia Norimasa Shimomura mengatakan dengan mengadopsi sistem berbasis SMILE, SATUSEHAT Logistics diharapkan dapat membantu pelacakan pengiriman vaksin dan obat-obatan.
“SMILE memungkinkan pelacakan distribusi vaksin secara digital dari puskesmas provinsi, kabupaten, dan masyarakat. “Sistem pemantauan di SMILE dapat mencegah terjadinya overstocking dan kekurangan stok vaksin,” kata Norimasa Shimomura, Resident Representative UNDP Indonesia.
Kementerian Kesehatan bersama UNDP Indonesia dan Gavi berhasil memberikan 450 juta dosis vaksin Covid-19 kepada setidaknya 185 juta orang hanya dalam satu tahun.
SMILE saat ini menyalurkan lebih dari 800 juta dosis vaksin dan 100 juta dosis obat ke 10.000 fasilitas kesehatan di 38 provinsi. Operasionalnya telah diperluas hingga mencakup berbagai produk kesehatan, termasuk imunisasi rutin, tuberkulosis, malaria, HIV, rabies, dan pengelolaan limbah medis.
(Singa)