Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui Direktorat Kesehatan Jiwa menyelenggarakan seminar bagi remaja dalam rangka memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2024 pada Selasa 17 September 2024 di Jakarta. Seminari ini diselenggarakan dalam mode hibrid dan terdapat sekolah menengah/kejuruan. Generasi muda mewakili perwakilan sekolah serta forum remaja.

Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Maria Andang Sumiwi mengapresiasi Direktorat Kesehatan Jiwa dan UNICEF yang menyelenggarakan seminar pencegahan bunuh diri remaja ini. Ia berharap kegiatan positif ini dapat menjadi sarana pembelajaran, berbagi pengalaman dan diskusi terbuka mengenai kesehatan mental di kalangan remaja muda.

Selama ini kesehatan mental seringkali dianggap sebagai isu sensitif yang jarang dibicarakan secara terbuka. Akibatnya, gangguan mental sering kali diperlakukan secara negatif. Padahal, persoalan ini sangat penting dan serius karena berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menganggap bunuh diri sebagai masalah yang sangat serius.

Berdasarkan data WHO, lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Di Indonesia, data Polari menunjukkan angka kematian akibat bunuh diri mencapai 1.350 kasus pada tahun 2023, naik dari 826 kasus pada tahun lalu.

“Jika tidak dilakukan upaya pencegahan bunuh diri, jumlahnya bisa bertambah setiap tahunnya,” kata Dirjen Andang dalam rangkuman yang dimuat di situs resmi Kementerian Kesehatan, Kamis (18/9/2024).

Dirjen Andang menjelaskan alasan seseorang melakukan bunuh diri sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor biologis, genetik, psikologis, budaya, dan lingkungan. Untuk itu, ia menegaskan, upaya terkait kesehatan mental, khususnya pencegahan bunuh diri, harus menjadi perhatian semua pihak.

“Melalui tindakan kecil berupa kebaikan sederhana, percakapan terbuka dan mendengarkan tanpa menghakimi, Anda dapat memberikan dampak yang signifikan,” kata Dirjen Andang.

Untuk mencegah bunuh diri, Imran Pambudi, direktur kesehatan mental, menekankan penerimaan diri, fokus pada kemampuan, dan tidak membandingkan diri dengan orang lain.

“Tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, hendaknya kita mempunyai kesadaran bahwa diri kita benar dan salah, agar kita tidak stres. “Manusia punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, kita harus bisa menerima itu,” ujarnya.

Beliau juga menekankan pentingnya menjadi terang atau sumber terang bagi sesama, terutama mereka yang sedang melalui masa-masa sulit. Dalam lagu “Flashlight” yang dibawakan Jessie J, Imran berharap setiap orang bisa menjadi obor bagi dirinya dan orang lain.

“Itulah yang kita harapkan, kita bisa bersama-sama membuka diri dan bisa membantu jika ada teman yang sedang down, menjadi flash untuk diri kita sendiri, teman dan keluarga,” ujarnya

Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia diperingati setiap tanggal 10 September. Tema peringatan tahun ini, yang akan digunakan selama tiga tahun ke depan, adalah “Mengubah Narasi Bunuh Diri” dengan seruan untuk “memulai percakapan”.

Tujuan dari tema ini adalah untuk meningkatkan kesadaran semua pihak tentang pentingnya mengurangi stigma dan mendorong dialog terbuka untuk mencegah bunuh diri.

(Leo)