Pernahkah Anda mengutarakan kekhawatiran Anda kepada dokter? Dalam dunia medis, komunikasi antara pasien dan dokter memegang peranan penting dalam menentukan kualitas pelayanan medis. Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan hubungan ini adalah narasi, atau cerita yang pasien ceritakan tentang pengalaman penyakitnya. Pendekatan naratif diyakini mampu menumbuhkan empati dan pemahaman yang lebih baik dalam hubungan dokter-pasien, sehingga meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Sejak penerbitan buku Narratives of Illness karya Arthur Kleinman pada tahun 1988, yang dianggap oleh banyak orang sebagai kelahiran pengobatan naratif, gagasan bahwa cerita pasien adalah sumber pengobatan yang lebih efektif dan tepat telah mendapatkan popularitas dan minat di kalangan peneliti. Narasi adalah jembatan empati antara pasien dan dokter, pasien bercerita tentang penyakitnya dan gejala fisiknya, perasaan, harapan, ketakutannya, dan lain-lain melalui narasi. Pasien dan dokter dapat menggambarkan kesehatan satu sama lain, sehingga dokter dapat memahami lebih dari sekedar kedokteran.

Penggunaan narasi dalam komunikasi antara dokter dan pasien memberikan pendekatan layanan kesehatan yang lebih manusiawi. Dengan mendengarkan pasien, dokter dapat lebih memahami kebutuhan setiap pasien dan memberikan pengobatan yang lebih tepat sasaran. Teori naratif menumbuhkan empati dan pemahaman yang lebih dalam, tidak hanya meningkatkan kualitas hubungan dokter-pasien tetapi juga hasil medis secara keseluruhan.

Manfaat utama penggunaan narasi dalam komunikasi kesehatan adalah membantu dokter dan rumah sakit lebih memahami pasien dalam konteks sosial dan psikologis. Cerita pasien dapat membantu dokter lebih mudah mempertimbangkan diagnosis yang akan diberikan kepada pasien, dan juga membantu mengambil keputusan mengenai pengobatan yang akan disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan pasien.

Meluangkan waktu agar narasi muncul di bidang kesehatan sangatlah membantu. Pusat perhatian manusia pada media baru seperti jejaring sosial, saluran publik, podcast dan lain-lain. Kampanye kesehatan masyarakat sering kali diluncurkan dan diorganisir dengan baik, dikemas dalam acara hiburan untuk menarik lebih banyak orang dibandingkan sebelumnya.

Misalnya, dalam kasus penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi, keputusan pengobatan sering kali memerlukan partisipasi aktif pasien. Jika dokter dapat memahami cerita pasien tentang bagaimana kondisi mereka mempengaruhi kehidupan sehari-hari, mereka dapat menyesuaikan pengobatan dengan kebutuhan dan kondisi spesifik pasien, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan. Perspektif teori komunikasi naratif dalam konteks kesehatan menekankan pentingnya cerita atau narasi sebagai alat komunikasi yang efektif untuk mempengaruhi pemahaman, sikap, dan perilaku kesehatan individu. Teori ini menyatakan bahwa orang secara alami berhubungan dengan cerita yang membantu mereka memahami pengalaman mereka sendiri dan pengalaman orang lain, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan. Berikut beberapa aspek penting dari pandangan ini:

1. Narasi sebagai alat komunikasi

Dalam teori komunikasi naratif, bercerita dianggap sebagai cara ampuh untuk menyampaikan pesan, terutama dalam konteks kesehatan. Narasi kesehatan dapat berupa cerita yang lebih umum tentang pengalaman seseorang dengan suatu penyakit, jalan menuju pemulihan, atau upaya untuk mencegah suatu penyakit. Penelitian menunjukkan bahwa informasi yang disajikan dalam bentuk narasi lebih mudah diingat dan efektif dibandingkan data atau fakta yang disajikan secara langsung.

2. Pengaruh emosi dan identitas

Cerita kesehatan sering kali membangkitkan respons emosional dan memungkinkan penonton bersimpati atau mengidentifikasi karakter dalam cerita. Ketika seseorang merasakan hubungan emosional dengan sebuah cerita, mereka cenderung memproses informasi tersebut lebih dalam, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perubahan perilaku. Misalnya, cerita tentang seseorang yang berhasil berhenti merokok setelah berjuang melawan kanker paru-paru bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

3. Meningkatkan kesadaran kesehatan

Cerita kesehatan membantu menyederhanakan konsep medis yang kompleks dan membuatnya lebih mudah dipahami oleh khalayak. Misalnya, dokter atau pendidik kesehatan mungkin menggunakan cerita untuk menjelaskan risiko penyakit tertentu, manfaat pencegahan, atau cara menjaga kesehatan secara umum. Narasi memudahkan penonton menyerap dan mengingat informasi yang relevan.

4. Membangun kepercayaan dan kredibilitas

Cerita berdasarkan pengalaman kehidupan nyata sering kali dianggap lebih autentik dan persuasif. Dalam konteks kesehatan, cerita pasien atau individu yang berbagi pengalaman tentang penyakit, pengobatan, atau perubahan gaya hidup dapat membantu membangun kepercayaan audiens terhadap sumber informasi. Hal ini juga memainkan peran penting dalam memperkuat kampanye kesehatan yang menggunakan pendekatan naratif untuk menyampaikan pesan.

5. Perubahan sikap dan perilaku

Komunikasi kesehatan naratif berpotensi mengubah sikap dan perilaku kesehatan individu. Misalnya, kampanye yang menggunakan narasi tentang pentingnya vaksinasi atau pola makan sehat seringkali lebih berhasil dalam mendorong perubahan perilaku dibandingkan pendekatan informasi yang mengandalkan fakta. Narasi memungkinkan masyarakat melihat dampak langsung dari keputusan terkait kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

6. Narasi sebagai jembatan diskusi seputar kesehatan

Selain sebagai alat informasi, narasi juga dapat menjadi jembatan untuk memulai diskusi lebih lanjut mengenai topik kesehatan. Dengan memulai percakapan dengan cerita, penonton akan lebih nyaman berbagi pengalaman pribadi, bertanya, atau meminta dukungan. Narasi menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berbicara secara terbuka mengenai isu-isu kesehatan yang sulit diungkapkan dalam konteks lain.

7. Aplikasi di jejaring sosial

Di era digital, penggunaan narasi dalam komunikasi kesehatan juga sangat efektif di media sosial. Cerita yang disampaikan melalui platform seperti TikTok, Instagram, atau YouTube dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dan beragam. Konten kesehatan yang dibalut dengan cerita yang menarik kemungkinan besar akan menjadi viral dan menarik perhatian, yang pada akhirnya dapat menyebarkan informasi kesehatan dengan cepat dan luas.

Oleh karena itu, teori komunikasi kesehatan naratif menekankan pentingnya penggunaan narasi sebagai alat yang efektif untuk mengkomunikasikan informasi kesehatan, mempengaruhi emosi, membangun kepercayaan, dan mendorong perubahan perilaku. Dengan memanfaatkan kekuatan narasi, para profesional kesehatan dan pendidik dapat menyampaikan pesan kesehatan kepada audiens mereka dengan cara yang lebih mudah dipahami dan efektif.

Pengarang: 

Nandika Dafa Carlotta

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi

Universitas Nasional Veteran Pembangunan Jakarta (UPN VJ)  

 

Penafian: Artikel ini merupakan pendapat penulis dan tidak mencerminkan posisi redaksi topindopay.co.id 

(sisi kanan)