JAKARTA – Indonesia termasuk negara rawan bencana karena terletak di antara Cincin Api Pasifik dan Sabuk Alpen. Oleh karena itu, diperlukan upaya mitigasi untuk meminimalisir jumlah korban jiwa akibat bencana alam yang sering terjadi di tanah air.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharianto mengatakan Indonesia mengalami 10 bencana alam setiap harinya, hal ini terlihat dari banyaknya ribuan bencana alam yang terjadi setiap tahunnya.

Jadi kalau rata-rata dalam sehari minimal ada 10 bencana (di Indonesia), kata Suharianto di Banda Aceh beberapa waktu lalu.

Suharianto mengatakan, jumlah bencana alam di Indonesia sangat berfluktuasi setiap tahunnya, dengan 4.042 bencana alam terjadi pada tahun 2021.

Kemudian turun sedikit menjadi 3.544 kali pada tahun 2022. Kemudian meningkat lagi pada tahun 2023 hingga mencapai 5.400 bencana. Jadi rata-rata sekitar 10 kali sehari.

Namun tahukah Anda bahwa sejumlah bencana alam di nusantara memiliki kesamaan dari segi tanggal terjadinya.

Tengok saja tsunami Aceh 26 Desember 2004, gempa Tasikmalaya 26 Juni 2010, dan letusan Gunung Merapi 26 Oktober 2010.

Selain itu, pada tanggal 26 Desember 2004, gempa bumi dahsyat terjadi di Samudera Hindia, lepas pantai barat Aceh. Gempa terjadi pukul 7.58 WIB di 160 kilometer sebelah barat Aceh pada kedalaman 10 kilometer. Kekuatan gempanya 9,3 skala Richter.

Gempa bumi yang memicu tsunami ini diperkirakan menewaskan 230.000 orang di 8 negara. Bencana ini merupakan jumlah korban terbesar sepanjang sejarah. india, Sri Lanka, India, dan Thailand menjadi negara dengan kematian terbanyak.

Sementara itu, pada tanggal 26 Juni 2010 pukul 16.50 WIB terjadi gempa bumi berkekuatan 6,3 SR di Tasikmalaya, Jawa Barat. Gempa dirasakan hingga ibu kota, Jakarta.

Bencana alam lain yang terjadi pada tanggal 26 adalah meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta. Sebanyak 34 orang dilaporkan tewas akibat kejadian ini. 33 tahun di Yogyakarta dan bayi di Magelang.

Walahualam Bisavab

(fmi)