JAKARTA – Film Asia terkenal dengan kisahnya yang penuh makna, visual menawan, dan pendekatan unik dalam menggambarkan kehidupan. Banyak film asal benua ini yang mendapat pengakuan internasional bahkan menjadi inspirasi para sineas Hollywood.
Adaptasi Hollywood terhadap film-film Asia ini tidak hanya memperluas jumlah penonton global, namun juga menciptakan kolaborasi unik antara dua gaya sinema yang berbeda. Pada artikel kali ini, kami membahas lima film Asia yang diadaptasi untuk industri Hollywood. 5 Film Asia yang Diadaptasi Hollywood
1. Hachiko Monogatari (1987) Hachiko Monogatari
Merupakan film Jepang yang diadaptasi dari kisah nyata tahun 1920-an. Bercerita tentang seekor anjing Akita Inu bernama HachikÅ yang setia menunggu tuannya di Stasiun Shibuya bahkan setelah tuannya meninggal.
Film yang disutradarai oleh Seijiro Koyama ini berhasil merebut hati penontonnya setelah dirilis dan bahkan patung anjing Hachiko menjadi landmark di Shibuya, Tokyo. Film ini dibuat ulang oleh Lasse Hallstrom dan Stephen Lindsey sebagai Hachiko: A Dog’s Story pada tahun 2019. Remake versi Amerika sama suksesnya dengan film aslinya, meraup Rp642 miliar.
2. Bocah Tua (2003) Film Bocah Tua
Film Korea Selatan ini diadaptasi dari komik Jepang berjudul sama karya Marley Caribo dan Nobuaki Minegishi. Ini mengikuti kisah Oh Dae Su (Choi Min Sik), seorang pekerja kantoran yang tiba-tiba diculik dan dikurung selama 15 tahun. Selama dipenjara, kehidupan Oh Dae Su dipenuhi dengan kebingungan dan kemarahan terhadap orang yang bertanggung jawab atas penderitaannya.
Dibintangi oleh aktor terkenal Korea Selatan Choi Min-sik, Oldboy berhasil meraih beberapa penghargaan dan pengakuan khusus dari sutradara kawakan Quentin Tarantino. Hollywood juga mencoba membuat ulang dengan nama yang sama pada tahun 2013, namun gagal dan mendapat banyak kritik. Film remake yang dibintangi Elizabeth Olsen dan Samuel L Jackson ini meraup pendapatan kotor lebih banyak dibandingkan versi aslinya.
3. Penutupan (2004)
Satu lagi film asal Thailand bergenre misteri horor yang disutradarai oleh Banjong Pisanthanakun dan Parkpoom Wongpoom. Film ini berfokus pada pasangan, Tun (Ananda Everingham) dan Jane (Natthaweeranuch Thongmee), yang melarikan diri setelah memukuli seorang wanita. Sederet kejadian misterius menimpa mereka, salah satunya adalah hantu wanita yang muncul di foto Tuna. Konflik memuncak ketika Jane mulai mengetahui rahasia mengejutkan.
Shutter merupakan salah satu film horor terbaik sepanjang masa, baik nasional maupun internasional. Dua tahun setelah dirilis, film ini didaur ulang kembali oleh Masayuki Ochiai dengan judul yang sama. Film remake ini mendapat review positif dan berhasil meraup sekitar Rp646 miliar dari biaya produksi Rp10 miliar.
4. My Sassy Girl (2001) Film Gadis Sassy Saya
Komedi romantis terlaris Korea Selatan ini menceritakan kisah Gyeon-woo (Cha Tae-hyun) yang bertemu dengan seorang gadis mabuk (Jun Ji-hyun) di stasiun kereta. Gadis itu berhasil mengucapkan kata-kata kasih sayang sebelum pingsan, membuat penumpang kereta percaya bahwa Gyeon-woo adalah pacar gadis itu. Gyeon-woo terpaksa menggendong gadis itu dan membawanya ke hotel untuk beristirahat. Perkenalan mereka akhirnya mengubah mereka menjadi sepasang kekasih.
Disutradarai oleh Kwak Jae-yong, film ini sukses besar dengan meraup sekitar Rp 357 miliar. Film ini dibuat ulang oleh Yann Samuell dengan judul yang sama pada tahun 2008. Meski mendapat respon baik, film ini hanya meraup keuntungan Rp 19 miliar, tidak sebanding dengan film aslinya.
5. Urusan Neraka (2002) Urusan Neraka
Film thriller kriminal Hong Kong ini berpusat pada Chan Win Yan (Tony Leung Chiu Wai), seorang petugas polisi yang berhasil menyusup ke geng Triad. Sementara itu, Lau Kin Ming (Andy Lau) yang merupakan anggota trio tersebut berperan sebagai pengkhianat polisi. Keduanya berusaha menelusuri identitas masing-masing.
Disutradarai oleh Andrew Lau, film ini sukses secara komersial dan mendapat pengakuan luas. Pada tahun 2006, Martin Scorsese kembali dengan The Departed yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio, Matt Damon, Jack Nicholson dan Mark Wahlberg. Kesuksesan film ini menjadi kali pertama Martin meraih penghargaan sutradara terbaik.
(aln)