Jakarta – Konflik antara Israel dan Iran meningkat setelah Iran menembakkan lebih dari 180 rudal ke Israel pada 1 Oktober 2024. Sebagian besar rudal berhasil ditembak jatuh oleh pertahanan udara Israel dan sekutunya, namun beberapa menghantam pangkalan udara dan lokasi lainnya. .

Melalui BBC, konflik ini telah berlangsung sejak Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, karena Iran mengabaikan keberadaan Israel dan fokus pada kehancurannya. Iran menganggap Israel sebagai musuh karena kebijakan Israel terhadap Palestina dan dukungannya terhadap kelompok oposisi Iran. Iran mendukung organisasi seperti Hizbullah dan Hamas, yang juga membenci Israel, dengan senjata dan uang.

Iran telah mengembangkan senjata dan sistem pertahanan udaranya dengan dukungan Rusia. Sebagai perbandingan, Israel memiliki angkatan udara yang sangat maju, termasuk jet tempur F-35. Meskipun Iran memiliki kekuatan lebih besar dalam hal wilayah dan jumlah penduduk, Israel memiliki teknologi militer yang unggul.

Teheran tidak memiliki senjata nuklir, meskipun banyak negara Barat mencurigai Iran diam-diam berupaya mengembangkannya. Iran sendiri menegaskan tidak sedang menguji atau berencana memiliki senjata nuklir.

Seperti Israel, Iran juga memiliki program nuklir. Namun selama bertahun-tahun, program tersebut dicurigai sebagai kegiatan rahasia yang bertujuan memproduksi uranium yang diperkaya untuk bom nuklir dan rudal sebagai sarana pengiriman. Pada bulan Mei, kepala Badan Energi Atom Internasional mengatakan Iran tinggal beberapa minggu lagi untuk mendapatkan cukup bahan untuk membuat bom nuklir.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa Iran akan siap membuat bom dalam waktu dekat, karena Iran masih memerlukan langkah-langkah akhir untuk memperkaya uranium hingga tingkat militer dan membuat hulu ledak, yang saat ini diperkirakan tidak dimiliki oleh Iran.

Menurut The Times of Israel, Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) melaporkan bahwa Israel diyakini akan meningkatkan sistem senjata nuklirnya dan memperluas fasilitas produksi di Israel selatan. Meski Israel tidak pernah secara terbuka mengakui kepemilikan senjata nuklir, SIPRI memperkirakan negara tersebut memiliki 90 hulu ledak.

SIPRI juga mengatakan Israel mungkin sedang mengembangkan reaktor nuklirnya sendiri di Dimona. Di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, perundingan nuklir semakin berkurang, terutama setelah kebuntuan antara Israel dan Hamas yang didukung Iran telah mengganggu stabilitas kawasan.

Israel menerapkan kebijakan non-ambiguitas nuklir, yang berarti bahwa Israel tidak mengakui atau menyangkal bahwa mereka mempunyai senjata nuklir. Selama beberapa dekade, Israel menyatakan bahwa mereka bukanlah negara pertama yang membawa senjata nuklir ke Timur Tengah. Namun, beberapa pejabat Israel baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang mengindikasikan kehadiran kekuatan nuklir Israel dalam menanggapi serangan Hamas.

SIPRI mencatat, Israel diyakini memiliki senjata nuklir yang mampu diluncurkan oleh pesawat tempur, kapal selam, dan ranjau yang diluncurkan di bawah Jericho. Selain Israel, delapan negara lain yang memiliki senjata nuklir, yakni Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Prancis, China, India, Pakistan, dan Korea Utara. Jumlah angkatan bersenjata dunia mencapai 12.212 pada Januari 2024, dimana 9.585 di antaranya berada dalam cadangan militer.

(Dhaka)