Jakarta – Calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada Jakarta 2024 masih berusaha mencari dukungan selama kampanye. Berbagai penelitian mulai memotret keinginan ketiga pasangan tersebut.

Berdasarkan survei Lembaga Penelitian Indonesia (LSI), Pramono Anung-Rano Karno lebih populer dibandingkan dua calon Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana. Jaraknya tak jauh dari pernikahan Ridwan Kamil-Suswono.

Dirjen LSI Dajayadi Hanan menjelaskan hasil tiga jajak pendapat yang menunjukkan nama calon gubernur dan wakil gubernur. Hasilnya Pramono Anung-Rano Karno 41,6 persen.

Responden ditanya: ‘Pasangan manakah yang akan Anda pilih jika Pilgub Jakarta digelar hari ini?’

Mereka memilih Pramono Anung dan Rano Karno (C DoL) dengan dukungan 41,6 persen, kata Djayadi saat mengumumkan hasil survei Pilkada Jakarta. 23 Agustus 2024.

Usulan Pramono-Rano disusul oleh Ridwan Kamil-Suswono dengan dukungan 37,4% dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana dengan dukungan 6,6%. Dajayadi menambahkan, 14,4% melayang atau tidak merespons. 

Survei dilakukan dengan metode multivariate sampling dengan margin of error ±2,9% pada tingkat 95%. Sampel berasal dari seluruh kota administratif di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan disajikan dengan baik.

Sampelnya sebanyak 1.200 orang. Bagaimana menyikapinya dengan menggunakan wawancara tatap muka. Survei dilakukan pada 10-17 Oktober 2024.

Hasil kajian LSI ditemukan berbeda dengan kajian Poltracking. Kali ini, Ridwan Kamil-Suswono menduduki peringkat pertama survei dengan perolehan 51,6 persen. Sedangkan Pramono Anung Rano di urutan kedua dengan 36,4 persen. Dharma-kun Wardana 3,9%.

Apa yang kami temukan adalah ketika mereka tiba di TPS, mereka akan dipilih, dan saat itulah mereka menjadi pasangan. Hasil surveinya adalah pasangan calon nomor urut 1, Ridwan Kamil dan Suswono, memperoleh 51,6% suara. CEO Poltracking Hanta Ueda mengumumkan pada Kamis, 24 Oktober 2024.

Sekarang dua calon nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana 9%. Pramono Anung-Rano Karno 36,4%, tambahnya.

Survei menggunakan metode cross-sectional sampling terhadap 2.000 responden. Survei tersebut dilakukan pada 10-16 Oktober dengan margin kesalahan 2,2 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei menunjukkan masih ada 8,1% responden yang tidak memberikan tanggapan. 

Jadi selisihnya sangat bagus, tapi Pilkada masih ada satu bulan lagi. Kalau didata, gejolak politik mungkin saja terjadi, ujarnya.

Namun dari segi perolehan suara, kemungkinan besar Pilkada Jakarta akan digelar dengan kategori yang sama, meski angkanya masih bagus yakni 51,6%.

Hanta mengatakan, informasi yang diberikannya bisa semakin membuka jalan bagi dua pilkada di Jakarta. Alasannya, angkanya masih mepet dengan kesalahan. 

“Di Jakarta margin of errornya 50% + 1, itu sangat agresif sehingga persyaratannya berbeda dengan daerah lain, jadi kelas satu lebih banyak peluangnya, tapi kelas dua terbuka,” ujarnya.

(adalah)