JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena La Niña masih akan berlanjut hingga Maret 2025. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya mengatakan cuaca di Indonesia disebabkan oleh cuaca Siklon Samudera Pasifik atau ENSO. Sedangkan di Samudera Hindia dikenal dengan Indian Ocean Diplomacy (IOD). “Saya telah meliput peristiwa perubahan iklim di Samudera Pasifik dan Hindia. “Di Samudera Pasifik kita sebut dengan Enso Climate Disturbance, di Samudera Hindia kita sebut dengan IOD Climate Disturbance,” kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual, Senin (4/11/2024).
Dvicorita juga mencatat, hingga akhir Oktober 2024, pantauan suhu permukaan laut di Pasifik terus mengalami pendinginan dengan nilai indeks bulanan ENSO di atas ambang batas La Nina sebesar minus 0,59 sehingga muncul La Nina lemah. perubahan iklim aktif. Sedangkan pemantauan IOD di Samudera Hindia negatif dengan indeks bulanan minus 0,7. Ini berarti suhu permukaan laut Pasifik dan Samudera Hindia telah mendingin di bawah rata-rata.”
Menurut Dwikorita, kondisi perairan Indonesia lebih hangat dibandingkan suhu permukaan laut normal, dengan nilai anomali rata-rata sebesar 0,69 derajat pada bulan Oktober. “Jadi suhunya sekitar 0,69 derajat lebih hangat,” katanya. “Kondisi La Nina yang lemah ini akan berlanjut hingga awal tahun 2025. Biasanya dimulai pada bulan November dan diperkirakan akan dimulai pada bulan November dan berlanjut hingga Januari, Februari. Maret,” jelas Dwikorita. Lebih lanjut, Dwikorita menyampaikan bahwa tingkat gangguan iklim ENSO akan kembali bergerak ke tingkat netral ENSO, dimana keadaan netral ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2025.
Sedangkan IOD atau pendinginan mengacu pada pendinginan suhu permukaan laut di bawah normal di kawasan Samudera Hindia dan diperkirakan akan kembali netral dan tetap netral hingga akhir tahun 2025, tutupnya.
(Ari)