JAKARTA. Timeline siswi SMK Naomi Daviola yang hilang di Gunung Slemeti hingga ditemukan selamat akan dibahas lengkap di artikel kali ini.

Perempuan yang akrab disapa Vio itu ditemukan dalam kondisi lemah setelah tim SAR gabungan mencarinya selama 2 hari 2 malam di gunung yang berketinggian 3.432 meter di atas permukaan laut itu. Ia ditemukan Selasa sore (8/10) oleh regu pencari di Pos 7 Gunung Slamet.

Viyo awalnya mengikuti open trek bersama 40 pendaki Tektok menuju Gunung Slamet dari titik pendakian Bambangan Purbaling pada Sabtu (10/5/2024) malam.

Sekadar informasi, pendakian tektok adalah sebutan bagi pendaki yang melakukan pendakian dalam satu hari, pulang pergi, atau sekali jalan tanpa menginap semalam.

Vio mengaku sudah dua kali bertemu dengan burung yang menurutnya mengarahkannya ke arah yang benar. Namun burung tersebut salah arah sehingga pendaki Semarang yang mengikutinya terluka. Inilah ceritanya.

Ia masuk kelompok ke-3 yang terdiri dari 7 orang. Tapi mereka bertiga keluar lebih dulu. Sedangkan Vio bersama dua pria dan seorang wanita lainnya baru naik ke puncak ketika sudah ada tiga orang yang turun.

“Kita berempat naik, lalu kita berempat turun sambil saling berpelukan. Si pirang duluan, aku ingin mengejar, kupikir aku bisa mengejar, tapi ternyata tidak. Aku lelah, aku’ Istirahat dulu,” kata Vio kepada grup media, dikutip Kamis (10/10/2024).

“Aku menoleh ke belakang dan ada orang lagi. Tapi ketika aku melihat untuk ketiga kalinya, mereka menghilang, awalnya tidak ada orang, ceritanya sama, mereka menatapku untuk ketiga kalinya. Waktu, dan mereka tidak ada di sana.” , “lanjutnya.

Vio mulai panik dan berteriak minta tolong. Namun ia tidak menemui siapapun di tengah hutan pegunungan tertinggi di Jawa Tengah.

“Kemarin ada yang bilang saya masuk jalur kanan, tapi tidak jadi, saya masuk jalur tengah. Bingung mau kemana, mau ke mana, saya sendirian di sana,” ujarnya.

Kemudian dia mencari jalan keluar, mengikutinya sampai ke kaki hutan lebat. Di tengah perjalanan, kondisi cuaca memburuk, hujan mulai turun. Vio kemudian memutuskan untuk duduk dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya.

“Saya beristirahat, tetapi saya tidak bisa tidur, dan saya menopang diri saya di atas batu dengan tongkat pendakian. Setahu saya yang saya duduki adalah juglong, namun ketika saya bangun ternyata sudah berupa gundukan tanah. Saya melihat matahari terbit, saya tidak bisa mengambil foto karena ponsel saya mati sejak hari Minggu.

Namun ia terkejut melihat seekor burung tiba-tiba muncul di hadapannya. Burung itu sepertinya menunjukkan kepadanya jalan pulang.

“Aku melihat seekor burung di depanku, aku merasakannya (burung itu) mengarah ke bawah, aku mengikutinya, ia turun dan aku turun, ia naik dan aku naik. Tapi jalan yang aku pilih sangat buruk. Jadi yang saya lukai,” ucapnya.

Karena dia masih belum bisa menemukan jalan pulang, dia memutuskan untuk kembali. Dia hanya makan 6 potong roti sobek dan satu setengah liter air mineral, yang dia isi dengan mata air untuk bertahan hidup.

“Pagi saya makan, minum, melihat matahari terbit, burung itu menunjukkan lagi kepada saya, ada tiga, burung itu marah dan menunjuk ke semua akar, jika Anda menginjak akar, akarnya akan patah jika patah. . Saya akan gagal,” katanya.

Namun setelah berjalan cukup jauh, akhirnya dia mendengar suara seseorang berteriak di belakangnya.

“Orang-orang teriak-teriak, lalu saya mulai lega karena mereka menemukan saya. Mereka akhirnya membantu saya turun. Mereka tidak membawa saya sama sekali karena tidak menawarkan saya,” ujarnya.

Vio pun senang dan langsung dipeluk oleh salah satu petugas SAR yang sudah dua hari mencarinya. “Saat bertemu orang tua, aku senang sekali sampai menangis, aku tidak terluka, tapi ternyata mereka tidak diperbolehkan lagi mendaki gunung,” tutupnya.

(fmi)