Jakarta – Presiden Prabowo Subanto secara resmi melantik 48 menteri Kabinet Merah Putih. Para menteri yang ditunjuk juga memiliki gelar sarjana.
Kebetulan hari ini Selasa 22 Oktober 2024 merupakan Hari Oranye Nasional. Berikut rangkuman Wikipedia jumlah menteri pendidikan pesantren di Kabinet Merah Putih:
1. Menteri Kehutanan, Raja Julie Antony
Raja Julie Anthony lahir pada 13 Juli 1977. Saat ini Menteri Kehutanan dan Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Raja Julie Antony Lubuk adalah putra Raja Ramli Ibrahim, pemimpin masyarakat Riau di Zambia. Orang tuanya pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Riau.
Lulusan Pondok Pesantren Darul Arakam Muhammadiyah Raja Garut, Jawa Barat. Beliau memperoleh gelar BA bidang Al-Qur’an dan Tafsir dari IAIN Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) pada tahun 2001 dengan judul “Ayat-Ayat Jihad: Kajian Kritis Penafsiran Jihad Sebagai Perang Suci”.
Kemudian pada tahun 2004, setelah mendapat beasiswa Chevening Award, ia melanjutkan studi Magister Studi Perdamaian di Universitas Bradford. Ia menyelesaikan disertasinya yang berjudul “Konflik di Aceh: Mencari Penyelesaian Konflik Secara Damai”.
Pada tahun 2010, dengan beasiswa Australian Development Scholarship (ADS), King Julie melanjutkan studi doktoralnya di University of Queensland, School of Political Science and International Studies, Australia.
Ia memperoleh gelar PhD dengan tesis berjudul “Religious Peacebuilders: The Role of Religion in a Conflict-Turned Society in Southeast Asia” dengan menggunakan studi kasus dari Mindanao (Filipina Selatan) dan Maluku (Indonesia).
2. Menteri Pertanian dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nusron Waheed
Lahir 12 Oktober 1973, Menteri Nusron Wahid merupakan Ketua Gerakan Pemuda Ansar pada 2010-2015. MI Miftahutthalibin lulusan Universitas Mejobo Kudus; Menara MTS Qudsiyah Kouman Qudus; SMA NU Al-Ma’ruf Kudus, Sarjana Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Sejarah Universitas Indonesia; Institut Pertanian Bogor Magister Ekonomi, Program Penelitian Ekonomi, Studi Pascasarjana.
3. Menteri Koordinator Muhaimin Iskandar
Abdul Muhaimin Iskandar atau Chak Emin lahir pada tanggal 24 September 1966 di Jombang. Ayahnya, Muhammad Iskandar Mambaul, adalah seorang guru di Pondok Pesantren Ma’rif. Ibunda Mukhsonah Iskandar kemudian menjadi pimpinan salah satu pesantren.
Chak Emin adalah cucu dari ustadz Bisri Syamsuri yang dikenal sebagai ayah dari Muhammad Hasim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, dan salah satu orang Indonesia yang belajar kepada Ahmad Dahlan, bersama dengan Ahmad Hatib al-Minangkabawi. Pendiri Muhammadiyah) dan Zakaria bin Muhammad Amin (Pendiri Pondok Pesantren Al-Khairiya dan MDTA Mahbatul Uloom).
Calon presiden ini sejak kecil sudah dekat dengan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Chuck Emin mengatakan dia mengenal Gus Durr sebagai seorang guru dan pedagang kacang, dan Gus Durr pernah mengajarinya bermain sepak bola.
Chak Emin menyelesaikan sekolah dasar dan menengah pertama di madrasah Ibtidaiya Mamboul Marif Denanyar Jombang (1973–1979) dan Madrasah Tsanwia Negeri Denanyar Jombang (1979–1982) di kampung halamannya.
Setelah itu melanjutkan pendidikan di Madrasah Alia Negeri 1 Yogyakarta, lulus pada tahun 1985. Di SMA ini, ia juga mengajar di sebuah pesantren dimana ayahnya adalah seorang guru.
4. Menteri Agama Nasruddin Umar
Nasruddin Umar lahir pada tanggal 23 Juni 1959. Beliau adalah Imam Besar Masjid Istiklal di Jakarta dan saat ini menjabat Menteri Agama. Nasruddin belajar di SDN selama 6 tahun, pada tahun 1970 mengelola pendidikannya di Ujung Bon, kemudian di Madrasah Ibtidaiya selama 6 tahun dan pada tahun 1971 di Pesantren As’adiya Sengkang.
PGA 4 tahun, Pondok Pesantren Asadia Sengkang, 1974; PGA 6 tahun, 1976 Pesantren As’adiyah Sengkang; Kemudian, BA Fakultas Syariah IAIN Alauddin Ujung Pandang, 1980.
Sarjana Penuh (Sarjana Teladan) Syariah Fakultas IAIN Alauddin Ujung Pandang, 1984; Program Magister (Non Disertasi) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1990-1992. Program Doktor (Lulusan Terbaik) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan tesis berjudul “Perspektif Gender dalam Al-Qur’an, 1993 1998”.
Mahasiswa di McGill University, Kanada, 1993-1994; mahasiswa Universitas Leiden, Belanda, 1994/1995; Program Sandwich Universitas Paris di Perancis, 1995; Kanada, AS, Jepang, Inggris, Belanda, Belgia, Italia, Ankara, Istanbul, Sri Lanka, Korea Selatan, Arab Saudi, Mesir, Abu Dhabi, Yordania, Palestina dan Singapura, Studi Sastra Pendidikan Tinggi Kuala Lumpur, Manila.
Syarif Hidayatullah, Guru Besar Tafsir Fakultas Usuluddin IAIN, Jakarta, 12 Januari 2002.
5. Menteri Pendidikan Dasar Abdul Muti
Abdul Muti, lahir 2 September 1968, pakar pendidikan Islam Indonesia, diangkat menjadi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah pada 21 Oktober 2024. Ia juga akan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Muhammadiyah antara tahun 2022 hingga 2027.
Abdul Muti merupakan anak sulung dari empat bersaudara Jamiadi dan Kartina. Menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Ibtidaiya Manafiul Ulum Quds (1980), Madrasah Tsanawiya Negeri Quds (1983), Madrasah Cabang Aliya Negeri Purvodadi di Quds (1986).
Setelah itu melanjutkan pendidikan tingginya di Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN, sekarang UIN), Walisongo Semarang (1991). Abdul Muti meraih gelar Magister Pendidikan dari University of South Australia di Adelaide (1997), Short Course in Governance and Sharia dari University of Birmingham (2005) dan Magister Pendidikan dari Flinders School of Education dan gelar Ph.D. . Program Pascasarjana dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008).
6. Menteri Sosial Saifullah Yusuf
Saifullah Yusuf atau biasa disapa Gus Ipul, lahir 28 Agustus 1964, merupakan politikus yang menjabat Menteri Sosial (Mensos) sejak September 2024 menggantikan Tri Rismaharini. Setelah itu, Prabowo kembali menjadi Menteri Sosial.
Gus Ipul lulus dari Madrasah Ibtidaiya Mamboul Marif Denanyar Jombang. Setelah itu melanjutkan pendidikannya di SMA Islam Pasuruan. Ia kemudian bersekolah di SMA Persiapan Pembangunan Negeri Pasuruan.
Pada tahun 1985, Gus Ipul melanjutkan studi sarjananya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta. Selain aktif di bangku kuliah, beliau juga aktif di organisasi ekstra kampus.
Pada tahun 1990 hingga 1992, Gus Ipul diangkat menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Jakarta. Pada tahun yang sama, ia juga ditugaskan menjadi Ketua Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IPNU) antara tahun 1990 hingga 1995, dan Ansar melanjutkan karirnya di gerakan pemuda.
(ari)