MALANG – Belanda dan sekutunya berupaya merebut kembali kendali atas Indonesia pasca deklarasi kemerdekaan. Oleh karena itu upaya mempertahankan kemerdekaan pada masa itu menyasar para prajurit, termasuk Jenderal Sudirman dan K.Kh.

Keduanya mempunyai tekad dan semangat yang kuat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bahkan Jenderal Sudirman dan K.H. Maskul pun rela mempertaruhkan nyawanya.

Profesor. Masud Said, Pahlawan Nasional K.H. Panglima Maszhkur Sudirman dan K.H. Masjur adalah dua nama pahlawan yang banyak gugur dalam pertempuran pasca kemerdekaan. Saat itu, pasukan Sekutu dan Belanda menyerang kawasan Trengarek Jawa Timur pada tengah malam.​

Sudirman yang saat itu menjabat sebagai panglima tertinggi militer memilih melancarkan perang gerilya langsung di gurun pasir dan pelosok tanah air. Secara kebetulan, dua orang diantaranya, yaitu Panglima Sudirman dan K.Kh Maskul, sedang berperang berdampingan dalam perang gerilya.

“Ada informasi, ada warga Ansol yang masih hidup pada tahun 2017 dan bekerja sebagai konsultan tim. Dia mengaku bertemu dengan K. Kh. Maszhkur di tim dan sempat bersamanya,” ujarnya. profesor. kata Masoud kepada MNC Portal.

Saat itu informan sudah berusia cukup tua, bahkan ketika bertemu dengan KH, ia langsung menunjukkan lokasinya. Maskul ikut serta dalam Perang Kemerdekaan di Telangalek bersama Panglima Sudirman. Profesor yang terhormat. Masoud tidak dapat mengingat nama orang yang memelihara langar kecil di desanya.

“Sekarang orang itu sudah mati, dan dia dan dia (Panglima Sudirman dan K.H. Masjkur), dan Paglima Sudirman dan dia (K.H. Masjkur) dikejar oleh Belanda, oleh Sekutu, berusaha membunuh orang siang dan malam.” menjelaskan.

Suatu hari, seorang mata-mata masyarakat memberi tahu Sekutu bahwa sedang terjadi gerakan gerilya Indonesia di wilayahnya. Laporan tersebut disampaikan setelah sempat melakukan pengintaian, setelah itu tersiar kabar bahwa Sekutu telah menyerang tempat persembunyian Jenderal Sudirman dan pasukan KH. Majikul.