JAKARTA – Mantan Ketua Pengurus Perbasi sekaligus Pengamat Bola Basket Tanah Air Hisia Martogi Lumban Gaol mengkritisi syarat minimal dukungan Ketua Pengurus (Pengprov) Perbasi 15 dan biaya pendaftaran calon presiden (Caketum) Perbasi 1 sebesar Rp500 juta. Sebab persyaratan tersebut tidak ada di AD/ART Perbasi.

Pemerintah Pusat (PP) Perbasi akan menggelar munas pada 28-30 Oktober 2024. Salah satu agenda penting adalah pemilihan Ketua Umum periode 2024-2028.

Dua orang menerima formulir pendaftaran. Yang pertama adalah Yos Paguno, mantan Ketua Pemerintah Provinsi Pebasi di Jakarta, dan yang kedua adalah Budisaterio, keponakan Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Lapas Hisia Martogi Lumban mengatakan, setiap organisasi memiliki aturan dan prosedur yang harus dipatuhi dalam proses pencalonan dan pemilihan pemimpin atau pengurus. Lanjutnya, aturan tersebut biasanya dirinci dalam piagam dan anggaran rumah tangga organisasi.

Martogi dalam siaran pers yang diterima MNC Portal Indonesia (MPI), Selasa (27 Agustus 2024), mengatakan, “Sebagai anggota organisasi, kita harus mematuhi aturan-aturan ini untuk mendemokratisasi proses pemilu dan menjaga keadilan.”

Oleh karena itu, apabila terdapat pertentangan dengan peraturan organisasi, maka ketentuan tersebut hendaknya diperbaiki, diperbaiki atau dihilangkan. Ia mengatakan, proses pencalonan dan pemilihan yang jujur ​​dan transparan penting untuk menjaga integritas dan kepercayaan anggota organisasi.

Lebih lanjut Matogi menjelaskan, Pasal 9.7 Konstitusi FIBA ​​mengatur bahwa federasi nasional harus menyelenggarakan proses pemilu yang demokratis, transparan, dan akuntabel setiap empat tahun sekali. Sementara itu, sesuai dengan Pasal 18.2 Statuta Pebasi, konferensi nasional diadakan setiap empat tahun sekali, dan sesuai dengan Pasal 30.1 Statuta, panitia penyelenggara dibentuk tiga bulan sebelum berakhirnya masa jabatan.

“Beberapa pasal tidak memberikan indikasi panitia seleksi akan mengeluarkan aturan baru. Apalagi aturan tersebut bertentangan dengan semangat demokrasi, semangat perubahan dan pencarian sosok yang akan menjadi pimpinan organisasi bola basket nasional,” kata kata mantan anggota Man That periode 2015-2019 PP Perbasi itu.

Sebagaimana diketahui, peserta pelatihan yang ingin maju harus mendapat dukungan minimal 15 pemerintah daerah (Pengprov). Itu sebabnya persyaratan tingkat persetujuan minimal 15 kepala daerah provinsi terkesan terlalu berlebihan dan menunjukkan kurangnya semangat demokrasi, katanya.

Karena syarat yang diajukan melanggar peraturan AD/ART dan FIBA, kata Matogi.

Togi (sapaan akrab Martogi) menjelaskan, AD/ART telah menegaskan bahwa peserta dan pemilih dalam munas adalah pengurus provinsi dan kabupaten/kota. Oleh karena itu, prinsip persamaan hak alias egalitarianisme bisa mendukung calon.

Tidak ada jaminan bahwa seseorang yang tidak mendapat dukungan Pengprov tidak berhak memimpin organisasi tersebut. Namun masih belum jelas apakah seseorang dengan dukungan kuat dari eksekutif provinsi akan menjadi pilihan yang tepat untuk memimpin organisasi tersebut.