BEIRUT – Gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hizbullah telah berlangsung sejak hari pertama, dan ribuan pengungsi Lebanon telah kembali ke rumah mereka di selatan, meskipun dalam kondisi terbatas. Perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat (AS) mulai berlaku pada Rabu pagi (27/11/2024), memberikan waktu 60 hari bagi pasukan Israel dan pejuang Hizbullah untuk menarik diri dari Lebanon selatan.
Dengan penarikan pasukan Israel dan Hizbullah, Tentara Lebanon akan memikul tanggung jawab untuk menegakkan gencatan senjata dan mengambil kendali atas Lebanon selatan. Tentara Lebanon mulai mengerahkan pasukan tambahan di selatan Sungai Litani.
Kepala staf militer Israel, Herzi Halevi, mengatakan pada Rabu pagi bahwa penerapan gencatan senjata Israel akan menentukan kepatuhan Hizbullah terhadap perjanjian tersebut.
“Mereka akan menyerang pasukan kami, wilayah perbatasan dan agen Hizbullah yang mendekati kota-kota di wilayah yang telah kami tentukan. …Kami bersiap menghadapi kemungkinan bahwa pendekatan (gencatan senjata) ini tidak akan berhasil,” katanya. Hizbullah mengklaim kemenangan.
Dalam pernyataan pertamanya setelah gencatan senjata berlaku, dia mengatakan Hizbullah telah meraih “kemenangan” melawan Israel.
Al-Jazeera mengatakan dalam sebuah pernyataan dari kelompok yang bersekutu dengan Iran: “Kemenangan Allah SWT adalah sekutu tujuan kebenaran.”
“Pejuang Hizbullah akan siap melawan niat dan serangan musuh Israel,” kata pernyataan itu.
Sebelumnya, perdana menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, menyerukan persatuan setelah apa yang disebutnya “periode paling kejam dalam sejarah Lebanon.”
Presiden AS Joe Biden mengeluarkan pernyataan bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, menekankan bahwa kedua negara “akan bekerja sama dengan Israel dan Lebanon untuk memastikan implementasi penuh dan penegakan perjanjian ini.”
Hizbullah mulai menembakkan roket ke Israel pada 8 Oktober 2023, sebagai solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza. Serangan lintas batas berlanjut selama berbulan-bulan.
Tentara Israel mengintensifkan pertempuran pada bulan September, membom daerah-daerah di seluruh negeri, dan kemudian melancarkan serangan darat pada bulan Oktober.
Menurut otoritas kesehatan Lebanon, setidaknya 3.823 orang tewas dan 15.859 orang terluka dalam serangan Israel di Lebanon sejak Oktober 2023.
(dc)