JAKARTA: Kabar mengejutkan datang dari Harley-Davidson, salah satu pabrikan sepeda motor ternama dunia. Pusat data mereka telah berhasil diretas atau diretas, sehingga membahayakan data pengguna.
Sekadar informasi, Harley-Davidson beroperasi di berbagai pasar internasional. Dengan basis pengguna setia dan jaringan dealer global, mereka adalah tujuan yang sangat berharga bagi para penjahat dunia maya.
1. 66 ribu data dicuri
Menurut RideApart yang dilansir RedHotCyber, penjahat dunia maya bernama grup mereka “888” berhasil meretas data pada Desember 2024. Mereka memecahkan rekor pengguna Harley-Davidson sekitar 66.700.
Dalam postingan forum, pelaku mengatakan bahwa informasi yang diperoleh mencakup detail pribadi seperti nama, alamat email, dan preferensi terkait kendaraan lainnya.
Situs ini, bersama dengan situs lainnya, tidak dapat memverifikasi klaim kelompok tersebut tentang peretasan. Meski ada intrusi ke dalam mobil dan banyak industri lainnya, termasuk plagiarisme yang dilakukan Volkswagen beberapa minggu lalu.
Contohnya dilaporkan dalam forum yang menunjukkan rangkaian data yang diambil dari departemen TI suatu perusahaan atau diambil dari pihak ketiga.
2. Peretas 888
Kelompok peretas “888” memiliki reputasi karena mempublikasikan pelecehan tingkat tinggi di dunia kejahatan dunia maya dan karena hubungannya dengan “Cyberniggers”.
Bagi pelanggan yang rentan, ini bukanlah awal yang baik untuk tahun 2025, seperti yang dikatakan situs web tersebut.
“Informasi pribadi seperti nama, alamat, dan preferensi dapat digunakan untuk tujuan jahat, termasuk pencurian identitas, penipuan finansial, dan penipuan sasaran. Selain itu, pengungkapan data kendaraan dapat menimbulkan risiko tambahan terhadap keselamatan pribadi pengguna.”
Selain itu, tampilan data kendaraan dapat menimbulkan risiko tambahan terhadap keselamatan pribadi pengguna. Selain itu, kasus sebesar ini dapat merusak reputasi merek dan mengakibatkan sanksi hukum jika ditemukan pelanggaran perlindungan data.
Sejauh ini Harley Davidson belum memberikan penjelasan resmi atas kebocoran data tersebut. Belum diketahui data pelanggan mana yang berhasil diretas oleh hacker karena negara tersebut belum melakukan konfirmasi.
(Salah)