BARU-BARU INI Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta diguncang wabah penyakit jentik jati. Kawanan ulat jati tiba-tiba membanjiri pemukiman warga. Kita mulai dari jalanan, pekarangan hingga tembok rumah. 

Tak sedikit yang merinding dan takut dengan penampakan ulat jati di negeri dongeng. 

Namun siapa sangka setelah penampilannya yang berbulu, penampakan jentik jati yang melimpah juga dimanfaatkan untuk dikonsumsi oleh berbagai warga sekitar. 

Jadi, penggunaan jentik jati aman bagi kesehatan. Berikut ulasannya dilansir laman Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Nur Hidayatullah Ramadhon, dosen pendidikan biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), mengutarakan pendapatnya.

Dayat menjelaskan, larva jati memiliki kelebihan dan tantangan yang perlu diperhatikan. Sisi positifnya, larva ini memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga berpotensi menjadi sumber pangan masyarakat. 

Selain itu, melimpahnya ulat bulu dapat dijadikan sebagai pangan alternatif yang bernilai ekonomi tinggi sehingga menciptakan peluang usaha baru.


“Secara lingkungan, pemanfaatannya sebagai makanan juga dapat membantu mengendalikan populasi ulat bulu secara alami,” kata Dayat, Sabtu (23/11/2024).

Namun, Dayat mengatakan penggunaan jentik juga memberikan dampak negatif. Beberapa orang mungkin mengalami alergi setelah menggunakannya. Selain itu, beberapa cacing mungkin mengandung senyawa beracun yang berbahaya jika tidak diolah dengan benar. 

Dari sisi ekologi, eksploitasi berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, misalnya berkurangnya jumlah predator alami atau mengancam kestabilan pohon jati dengan mengganggu siklus alam.

“Jika terjadi peningkatan populasi ulat bulu setelah musim hujan, sebaiknya dikelola dengan pendekatan yang seimbang,” tegasnya lagi. 

Di satu sisi, peningkatan populasi ulat bulu yang tajam dapat menjadi ancaman bagi ekosistem, seperti mengganggu produktivitas pohon jati. 

Namun jentik jati juga menawarkan sumber makanan alternatif yang bergizi tinggi. 

Melalui pendidikan daur ulang yang tepat dan pengendalian populasi yang berwawasan lingkungan, fenomena ini dapat diubah menjadi peluang yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat. 

“Pendekatan ini memberikan stabilitas dan manfaat jangka panjang bagi semua pihak,” tutupnya. 
 

Selain itu kepompong ulat pohon jati (Sunda) mempunyai banyak manfaat dan mengandung kandungan nutrisi yang tinggi.

Enthung biasanya tersangkut di bawah sampah atau daun jati yang jatuh ke tanah. Musim hujan biasanya datang setahun sekali setelah musim hujan tiba. 

Enthung sendiri berwarna coklat tua hingga hitam, panjangnya sekitar dua sentimeter, dan menurut penelitian memiliki kandungan protein yang sangat tinggi.

Sedangkan kandungan nutrisi pada larva daun teh adalah protein, mineral, vitamin, lemak dan karbohidrat.Entung merupakan kepompong ulat Hyblaea puera.

(J)