Masyarakat dihebohkan setelah seorang ibu rumah tangga di Siangjur, Jawa Barat, diduga mengalami kebutaan usai mendapat suntikan KB di sebuah klinik.

Wanita berinisial SP ini mengalami gangguan penglihatan setelah memutuskan melakukan suntik KB saat sakit. Diketahui, korban kini mendapat perawatan medis di RSUD Sinthang Barang. Kondisi wanita ini sontak menyedot perhatian publik. Masyarakat mempertanyakan mengapa mereka mengira kebutaan terjadi setelah melakukan suntik KB.

Dokter Spesialis Kebidanan, Dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG mengungkapkan, penyebab dugaan kebutaan seorang wanita pasca suntik KB masih perlu diselidiki. Pasalnya, proses terkait hormon ini biasanya berjalan lambat atau menimbulkan efek samping.

“Kalau kebutaan mendadak, saya tidak tahu apakah itu ada hubungannya dengan hormon. Karena hormon bekerja lama, mungkin butuh waktu seminggu hingga sebulan untuk efeknya,” kata dr Dinda melalui MNC Portal Indonesia, Selasa ( 8/10/2024).

Jadi misalnya kalau ada kaitannya dengan kebutaan pasca disuntik, maka pasien ini harus diperiksa lebih lanjut untuk diketahui apakah ada penyakit penyertanya, ujarnya.

Sejak viralnya kabar tersebut, wanita yang diduga mengalami kebutaan pasca suntik KB ini mengaku dalam kondisi tidak sehat sebelum memutuskan untuk menyuntikkan hormon tersebut. Dokter Dinda mengatakan, kondisi tersebut bisa menjadi salah satu penyebab kebutaan.

Pasien sebaiknya mengetahui terlebih dahulu bagaimana kondisi kesehatannya, termasuk pengendalian gula darahnya. Ia mengatakan, penderita diabetes mengalami masalah pada sirkulasi darah, termasuk pada mata.

“Bagaimana dengan gula darahnya? Penderita diabetes biasanya memiliki masalah pada pembuluh darah kecil seperti mata dan ginjal. Jadi pasien ini memang ada penyakit penyerta yang mendasarinya,” ujarnya.

Ada dua jenis kontrasepsi hormonal dan non hormonal. dr Dinda mengungkapkan, edukasi mengenai pemilihan alat kontrasepsi suntik sudah lebih banyak. Pemilihan jenis alat kontrasepsi sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang tepat dan sesuai dengan kondisi fisik setiap orang.

Ada juga alat kontrasepsi non hormonal yang menjadi pilihan bagi sebagian wanita dengan masalah kesehatan seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.

“Kita sudah lama mengedukasi, misalnya pada perempuan yang mengidap darah tinggi dan diabetes, bagaimana pilihan hormon yang tepat, misalnya pilihan alat kontrasepsi hormonal. lebih baik,” katanya.

Dr Dinda mengatakan, perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok untuk wanita dan memiliki efek yang berbeda-beda tergantung individu dan kesehatannya.

“Tidak semua alat kontrasepsi cocok untuk wanita. Oleh karena itu, setiap orang mempunyai hasil yang berbeda-beda, sehingga tergantung kesepakatan keluarga dan penyakit yang dideritanya, kata dr. Dinda.

(Leo)