Sebanyak 250 penari asal Nusa Tenggara Barat (NTB) menampilkan tarian Krisi Nusantara jelang start MotoGP Grand Prix Pertamina Indonesia 2024 di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Kuta, Praia, Lombok Tengah, NTB, Minggu, 29 September. 2024.
Daya tarik budaya tari Indonesia untuk meramaikan dan mengikuti para kompetitor di ajang Pertamina GP Indonesia Motorcycle Racing Series 2024. Berbagai unsur budaya khas Indonesia dari Sabang hingga Merauk berpadu indah dan harmonis, menunjukkan keberagaman budaya Indonesia.
Jumlah penari tahun ini lebih banyak dibandingkan jumlah penari di Kejuaraan MotoGP tahun lalu, yakni sebelumnya 150 penari, dan kini 250. Inilah Harris Nasution, sutradara, koreografer sekaligus ahli tari dan kreativitas yang luar biasa. Indonesia. Mantan murid Guru Soekarnoputera pada tahun 1990-an ini juga melatih penari.
Kecintaannya terhadap tari tradisional di Indonesia ia kembangkan sejak bangku sekolah dasar. Maka tak heran jika kini ia menjadi salah satu koreografer nusantara yang bertugas menampilkan Indonesia lewat tarian di ajang MotoGP Mandalika.
“Tarian ini menggambarkan keberagaman budaya Indonesia dan zamrud khatulistiwa. Sehingga wisatawan atau tamu yang hadir saat itu bisa menyaksikan keindahan budaya Indonesia melalui tarian,” ujarnya.
Jadi para tamu Sirkuit Mandalika bisa menyaksikan kebudayaan Indonesia seperti Gendang Beli dari Nusa Tenggara Barat, tari perang dari NTP, tari Jandrung Sasak yang merupakan perpaduan NTP dan Bali, tari Bidhaya dari Jawa Tengah, tari khas Dayak. dari Kalimantan, dan tari Ryog Ponorogo.
Perayaan besar-besaran tersebut juga dimeriahkan dengan Color Guard Game atau Flag Game, serta penampilan Novia Bachmed sebagai penyanyi Indonesia Raya dan penampilan Putri Indonesia NTB.
“Indonesia kaya akan suku, budaya, dan tariannya sehingga kami ingin menunjukkannya secara luar biasa kepada para tamu asing yang datang. Meski berasal dari wisatawan nusantara, namun juga dapat mengingatkan kita bahwa kita adalah bangsa yang kaya akan budaya.” Dia berkata.
Diakui Harris, dibutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk mengolah sedikitnya 250 penari. Mulai dari pembuatan konsep bersama Injourney Tourism Development Corporation (ITDC), persiapan latihan, pemilihan kostum tari, koreografi, penampilan, dll.
“Tarian ini sungguh ampuh. Kami berlatih sekitar enam kali sehari, dan selebihnya kami berlatih lebih banyak,” ujarnya.
Meski para penarinya berasal dari sekolah-sekolah seperti SMA, siswa sanggar lokal, dan penari lain dari Jakarta, Harris mengaku semuanya berjalan baik. Mereka bisa mengikuti proses pelatihan beserta petunjuknya agar acara berjalan sesuai skenario.
“Saya bersyukur mendapat kesempatan menampilkan budaya Indonesia melalui tari dan acara besar ini, semoga bisa menjadikan Indonesia semakin mendunia,” ujarnya.
(Singa)