WASHINGTON – Militer Israel sedang menyelidiki mengapa Iron Dome kebanggaannya mulai terlihat rentan. Serangan drone Hizbullah yang berhasil menembus dan membunuh puluhan orang lainnya merupakan indikasi bagaimana pertahanan udara mereka mulai ditembus.  

Kebingungan ini dijelaskan oleh juru bicara IDF Laksamana Daniel Hagari. Dia mengatakan militer akan menyelidiki bagaimana drone memasuki pangkalan tersebut tanpa membunyikan alarm.

“Kami akan belajar dari kejadian tersebut dan menyelidikinya,” kata Hagari dalam pernyataan video dari pangkalan tersebut, dikutip Times of Israel. “Ancaman UAV merupakan ancaman yang telah kami hadapi sejak awal perang. Kami perlu meningkatkan pertahanan kami,” tambahnya.

Hizbullah mengatakan mereka telah menembakkan puluhan roket ke kota Nahria dan Acre di Israel utara untuk menyerang sistem pertahanan udara Israel, dan juga melakukan serangan pesawat tak berawak.

“Drone tersebut berhasil menembus radar pertahanan Israel tanpa terdeteksi dan mencapai sasarannya di kamp pelatihan Brigade Golani elit di Binyamina,” kata Hizbullah. 

Amerika Serikat (AS) juga menegaskan bahwa Washington akan mengirimkan baterai pertahanan udara canggih ke Israel. Juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Pat Ryder mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah mengizinkan penempatan baterai THAAD atas arahan Presiden Joe Biden.

Ryder mengatakan sistem ini akan membantu memperkuat pertahanan udara Israel setelah serangan rudal Iran terhadap Israel pada bulan April dan Oktober. THAAD dianggap sebagai sistem pelengkap sistem Patriot, namun dapat melindungi wilayah yang lebih luas dan mencapai sasaran pada jarak 150-200 km (93-124 mil).

Setiap baterai terdiri dari enam peluncur yang dipasang di truk, 48 pencegat, peralatan radio dan radar, dan membutuhkan 95 tentara untuk beroperasi. “Tindakan ini menunjukkan komitmen kuat Amerika Serikat dalam melindungi Israel dan melindungi warga Amerika di Israel dari serangan rudal balistik lebih lanjut oleh Iran,” kata Ryder.  

(MER)