JAKARTA – Pelatih tunggal putra Indonesia Irwansyah angkat bicara soal kegagalan Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting di Olimpiade Paris 2024. Diakuinya, salah satu kegagalannya dalam mengatur pertandingan tunggal Jonatan Christie adalah di Olimpiade Paris 2024.

Namun jika melihat rapor tahun ini secara keseluruhan, ia menyebut penampilan tunggal putra Indonesia lumayan.

Meski demikian, Irvansya menilai hal tersebut tidak bisa menjadi tolok ukur kinerjanya secara keseluruhan selama memimpin tim tunggal putra Pelatnas PBSI yang mendatangkan Jonathan dan Ginting.

Salah satu prestasi yang paling membanggakan adalah mencapai final kategori tunggal putra se-Indonesia yang diraih melalui penampilan Jonatan dan Ginting.

“Kalau dibilang hasilnya kurang bagus ya, hasil olimpiade Jonatan dan Ginting kurang bagus, saya terima, saya juga bertanggung jawab kan,” kata Irvansya kepada MNC Portal Indonesia melalui telepon.

“Tapi semuanya tidak buruk. All England tahun ini kami membuat sejarah, pertama kali dalam 30 tahun, Jonathan dan Ginting di final All England, itu sejarah,” tambah pelatih asal Medan itu.

Selain itu, mahasiswanya juga kembali meraih gelar bergengsi pada tahun ini, yakni Juara Asia 2024. Gelar ini kembali diraih sebulan kemudian oleh Jonathan Christie.

“Setelah itu Jonatan juara Asia, Ginting juara Asia tahun lalu, dan juara lainnya. Meski tidak konsisten, tapi menurut saya hasilnya bagus,” kata Irvansyah.

Tak hanya Irvansya yang berbicara pada tahun ini, prestasi lain juga diraih pada tahun-tahun sebelumnya. Misalnya saja Alvi Farhan yang masuk dalam tim dan berhasil menyabet gelar Juara Dunia Junior 2023.

Ada pula Christian Adinata yang berhasil meraih gelar juara SEA Games 2023, dan di ajang beregu, Irwansiah berhasil mengantarkan Indonesia meraih satu gelar juara dan dua kali menjadi runner up Piala Thomas.

“Selama di Indonesia, kami tiga kali ke final Piala Thomas, satu kali juara Piala Thomas, dan peran tunggal putra juga penting,” tambah Irwansyah.

“Jangan lupa kita juga mencatatkan sejarah sebagai juara dunia junior. Saya sudah berusaha selama setahun dan dia menjadi juara dunia junior dan ini pertama kalinya tunggal putra Indonesia menjadi juara dunia junior.”

“Lumayan. Kalaupun tidak konsisten, setiap tahun pasti ada juaranya. Meski Jonatan dan Ginting tidak konsisten, tapi mereka orang yang berbeda, jangan lupakan SEA juara Games,” imbuhnya.

Oleh karena itu, jika banyak pihak yang menilai performa tunggal putra asuhan Irvansya hanya dari sudut pandang Olimpiade, menurutnya tidak adil. Sementara itu, performa tunggal putra tahun ini tidak terlalu buruk.

“Tapi ngomong-ngomong tahun ini masih panas, juara All England dua tahun lalu. Jadi kalau dilihat dari olimpiade saja, menurut saya tidak adil,” tutupnya.

(dji)