Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan pada tahun 2019 bahwa satu dari delapan orang di dunia menderita gangguan mental, dengan gangguan kecemasan dan depresi menjadi yang paling umum. Artinya, sekitar 970 juta orang di seluruh dunia menderita gangguan jiwa.
Organisasi Kesehatan Dunia juga telah mempublikasikan bahwa prevalensi gangguan jiwa di Indonesia akan mencapai 9,8 persen pada tahun 2021, dan angka depresi mencapai 6,6 persen. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2024, terutama karena dampak pandemi Covid-19.
Di Indonesia, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan satu dari sepuluh masyarakat Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa. 6% tergolong depresi dan 7 dari 1000 menderita skizofrenia.
Nah, salah satu solusi untuk menjaga kesehatan mental adalah dengan aktivitas fisik atau olahraga. Sebuah studi baru dari University of South Australia yang diterbitkan dalam British Journal of Sports Medicine menemukan bahwa olahraga 1,5 kali lebih efektif dibandingkan mengonsumsi obat untuk mengatasi depresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik sangat bermanfaat dalam memperbaiki gejala depresi, kecemasan, dan kecemasan. Latihan selama 12 minggu ini sangat efektif dalam mengurangi gejala kesehatan mental. “Kami percaya bahwa olahraga yang konsisten memberikan efek positif tidak hanya pada tubuh, tetapi juga pada pikiran,” kata Steve Guo, CEO 99 Virtual Race.
Tidak boleh dilupakan, selama ini banyak perlombaan yang diadakan dan pesertanya banyak. Hanya saja tidak semua orang punya waktu untuk menghadiri sisa acara.
“Mengingat kita ikut lomba lari offline, berapa biaya, waktu dan tenaga yang dikeluarkan, dan harus mengikuti jadwal yang sudah ditentukan, kita tidak bisa fleksibel,” ujarnya.
Nah, jika Anda tidak punya waktu, ada program aplikasi fleksibel yang bisa bersaing dengan Anda. Hal ini dilakukan untuk mendorong orang lain menjaga keseimbangan mental dan fisik secara keseluruhan.
Menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), aplikasi ini juga menjamin keamanan dan keandalan data yang dikirim. “Kami menggunakan AI untuk mengurangi penipuan data selama kompetisi, sehingga semua peserta mendapatkan pengalaman yang adil dan transparan,” kata Steve Guo.
(Pak)