JAKARTA – LPOI menelusuri sejarah Islam di Tiongkok dan menemukan bukti bahwa hubungan antara kerajaan Tiongkok dengan keberadaan Islam erat dan saling terkait. Oleh karena itu, LPOI ingin memetakan dan mengidentifikasi Koridor Islam Indonesia dan Tiongkok.
“Kami telah menemukan bukti-bukti arkeologis dan manuskrip yang menunjukkan bahwa keberadaan Islam dan Kekaisaran Tiongkok di masa lalu sangat dekat, bahkan banyak jenderal dan pejabat pemerintah paling terkenal pada masa itu adalah umat Islam yang taat, seperti Laksamana Cheng. Ho dan Ma Huan,” kata mantan Presiden PBNU Kyai Said Aqil Siroj.
“Kami juga menemukan catatan hubungan budaya, psikologis, dan spiritual dalam catatan Masjid Fuzhou dari Dinasti Ming yang menunjukkan kedekatan umat Islam dan Tionghoa. Fakta Masjid Fuzhou menjadi saksi sejarah, sudah ratusan tahun lebih,” lanjutnya, “Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi Islam telah mengalami kemajuan yang baik dan dipertahankan oleh pemerintah Tiongkok hingga saat ini.”
Menurutnya, pemerintah Tiongkok sangat berhati-hati dan terus melanjutkan serta memfasilitasi pemeliharaan masjid dengan dukungan dana dalam jumlah besar. demikian pernyataan Kang Said, Presiden LPOI.
Islam Indonesia dan Islam Tiongkok ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Penyebaran Islam melalui Jalur Sutra Tiongkok yang dibawa oleh para misionaris dari dalam dan luar Tiongkok adalah sebuah fakta.
Bukti arkeologis makam sahabat Nabi di Quanzhou dan keberadaan Maqom Saad bin Abi Waqos di Guangzhou, menunjukkan bahwa Islam masuk ke Tiongkok terlebih dahulu kemudian menyebar ke kawasan Asia lainnya, termasuk Indonesia. Keinginan Laksamana Cheng Ho untuk berdakwah sebanyak 7 kali di Indonesia dan kehadiran Wali Songo yang beberapa di antaranya berasal dari Tionghoa, semakin memperkuat bukti bahwa Islam Indonesia dan Tionghoa memiliki ikatan yang erat dan kuat. Demikian penuturan Profesor Said Aqil Siroj yang merupakan Kepala Pondok Pesantren Atsaqofah.
Dalam pertemuan dengan Dekan Fujian Normal University pada 4 Desember 2024, perwakilan LPOI dan pejabat FNU membahas cetak biru kerja sama pendirian Islamic Research Center, Halal Center dan pengembangan University of China Indonesia. Bekerja sama dengan pemerintah Provinsi Fujian, LPOI telah membahas dan menjalin kerja sama di bidang penanaman modal serta impor dan ekspor barang dari Indonesia ke Tiongkok.
Pada saat yang sama di Fuzhou, LPOI menandatangani LOI dengan Beijing HAIJU Smart Information Technology Co.Ltd. di bidang Solusi Satelit dan Pengembangan Bisnis. Dalam kunjungannya ke Fuzhou, delegasi LPOI juga berkesempatan bertemu dengan Fujian Traditional Medicine Authority, untuk merencanakan kerjasama penelitian di bidang obat herbal.
Di bawah bimbingan Fujian Polytechnic University, mereka mendirikan pengembangan laboratorium Halal dan kajian animasi sejarah Islam Indonesia dan Tiongkok. Sementara itu, dalam pertemuan khusus dengan Forum Komunikasi Umat Islam di Fujian, LPOI berdiskusi dan berencana bertukar pikiran serta mengunjungi para pendakwah di Indonesia dan China.
Kang Said yang juga menjabat sebagai Pengurus BPIP mengatakan; Indonesia dan Tiongkok hendaknya bekerja sama untuk memahami pasar internasional khususnya pasar Islam dunia di berbagai industri, khususnya industri halal di seluruh negara Muslim di dunia. Modal tersebut dimiliki oleh kedua negara, dimana Indonesia memiliki kemampuan dan staf ulama Islam terbaik serta kepercayaan umum terhadap jaringan dunia Islam, dan Tiongkok memiliki teknologi, produk dan pasar terbaik dunia, dan kemudian keduanya stabil. bagian, pasar dunia akan berkembang dengan mudah.
Sekretaris LPOI Imam Pituduh yang juga penyelenggara LPOI Muhibah menambahkan, saat ini adalah saat yang tepat untuk mulai menenun dan berprestasi.
“Jalur Sutra Indonesia dan Tiongkok” sebagai jalan kebangkitan Timur untuk menguasai dunia. Semangat Islam, Semangat Nusantara, Semangat Khonghucu, dan Semangat Jalur Sutra, jika ditata dengan baik, akan menjadi kekuatan yang dahsyat dan populer dalam kebudayaan. Seiring berjalannya waktu, budaya lain pun banyak ditemui. “Indonesia dan Tiongkok harus berdiri dan bekerja sama untuk menjadi katalisator perubahan progresif, terutama melalui pendekatan agama, perdamaian, dan budaya,” ujarnya.
(fbn)