PRESIDEN Suriah Bashar al-Assad telah meninggalkan negaranya setelah serangan pemberontak yang cepat. Hal ini diketahui ketika pesawat maskapai Suriah lepas landas dari bandara Damaskus setelah mengetahui ibu kota telah direbut oleh pemberontak.

Ribuan orang, baik dengan mobil maupun berjalan kaki, berkumpul di alun-alun utama Damaskus, melambaikan tangan dan meneriakkan “Kebebasan”, yang diwarisi dari setengah abad pemerintahan keluarga Assad.

Kejatuhan drastis ini menandai momen penting bagi Timur Tengah, mengakhiri kekuasaan besi keluarga tersebut di Suriah dan memberikan pukulan telak khususnya bagi Rusia dan Iran, yang kehilangan sekutu mereka di jantung kawasan.

“Mustahil untuk tidak tergerak oleh kebahagiaan dan kelegaan yang datang dari Suriah, kekalahan bagi mereka yang menyambut baik korupsi dan korupsi, termasuk Iran, Hizbullah, dan Rusia,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. Antony Blinken seperti dilansir VOA, Rabu. (11/12/2024).

Kali ini, kata dia, bersejarah namun juga membawa risiko besar.

“Ini adalah masa peluang besar, tetapi risikonya juga besar,” tutupnya.

Sebelumnya, pemimpin kelompok oposisi utama Suriah di luar negeri, Hadi al-Bahra Suriah, menyatakan di Damaskus bahwa “Bashar al-Assad sudah tidak ada lagi.”

Ketika warga Suriah mengungkapkan kegembiraan mereka, Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali mengatakan dia siap mendukung kelanjutan pemerintahan dan siap bekerja sama dengan pemimpin mana pun yang dipilih oleh rakyat Suriah.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan timnya sedang memantau “peristiwa spesifik di Suriah” dan komunikasi dengan mitra regional, kata Gedung Putih.

Garis depan kompleks perang yang dipimpin pemerintah Suriah telah terbengkalai selama bertahun-tahun. Kelompok Islamis dan al-Qaeda tiba-tiba mengambil tindakan, sehingga menimbulkan tantangan terbesar bagi Assad, yang telah bertahan selama bertahun-tahun dalam pertempuran sengit dan isolasi politik dengan bantuan dari Rusia, Iran, dan Hizbullah Lebanon.

Namun sekutu-sekutu Assad terfokus dan dilemahkan oleh hambatan-hambatan lain, sehingga Assad berada di bawah kekuasaan musuh-musuhnya dan pasukannya tidak siap untuk melindunginya. Pemimpin pemberontak Suriah Ahmed al-Sharaa mengatakan pada hari Minggu bahwa dia dilarang mendekati institusi pemerintah yang menurutnya akan tetap berada di bawah pengawasan “mantan perdana menteri” sampai dia dibebaskan secara resmi.

Israel kemungkinan besar akan merayakan jatuhnya Assad, salah satu sekutu regional utama Iran. Namun prospek kelompok Islam mengambil kendali di Suriah tampaknya menimbulkan kekhawatiran.

(dinding)