JAKARTA – Kiprah Kejaksaan Agung (Kejagung) belakangan ini mendapat pujian tinggi dari masyarakat. Para prajurit Adhyaksha bahkan dinilai berhasil mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum di Tanah Air karena berani mengungkap kasus-kasus korupsi serius yang sulit ditangani oleh Komisi Anti Korupsi (ACC).
Komentator hukum dan politik Peter Zulkifli mengatakan Kejaksaan Agung telah melakukan tugasnya dengan baik. Menurut dia, Kejaksaan Agung telah menunjukkan langkah signifikan dalam penggeledahan aset negara.
Peter Zulkifli pada Rabu (30/10/2024) mengatakan: “Saya menyampaikan pesan yang kuat bahwa hukum harus dihormati tanpa diskriminasi. Ada laporan lengkapnya.”
Ia mengatakan, memberantas korupsi di Indonesia bukanlah tugas yang mudah. Terlebih lagi, jika kasus korupsi melibatkan pihak berkuasa, seringkali kasus tersebut dibiarkan begitu saja.
“Di negara ini, korupsi bukan sekadar pencurian uang rakyat, tapi merupakan sistem yang dibangun dalam rezim,” katanya.
Ia mencatat bahwa korupsi memiliki jaringan yang luas, dan modal yang kuat telah berhasil menghindari hukum. Peter tidak segan-segan membandingkan orang-orang ini dengan gurita bertentakel yang menembus berbagai bidang – mulai dari politik hingga bisnis.
Di antara lembaga penegak hukum antikorupsi, kata dia, Kejaksaan Agung menunjukkan kelemahannya dengan menyelesaikan kasus-kasus paling penting yang diketahui dalam beberapa waktu terakhir. Mulai dari skandal PT Timah, kontroversi Crazy Rich Surabaya menggugat PT Antam, korupsi di PT Asuransi Jiwasraya, hingga kasus impor gula Kementerian Perdagangan.
“Lembaga penegak hukum ini telah membuat kemajuan signifikan dalam mengamankan dana publik sekaligus menyampaikan pesan kuat bahwa hukum harus ditegakkan tanpa diskriminasi,” ujarnya.
Peter Zulkifli menilai wajar jika kegiatan Kejagung saat ini mendapat sambutan baik dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan pada akhir September 2024 yang menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat tinggi, mencapai 69 persen dan menjadi salah satu lembaga yang paling disegani setelah TNI dan Presiden.
“Kepercayaan masyarakat terhadap Korps Adhyaksa semakin meningkat, yang diyakini mampu mengatasi berbagai kesulitan dengan mengambil keputusan yang serius. Hal ini menempatkan Kejagung di atas banyak institusi lain dalam hal kepercayaan, termasuk Polri, Mahkamah Konstitusi (MC).” bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (CEP) disebut-sebut sebagai lembaga penting dalam pemberantasan korupsi.
Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini mengatakan, kepercayaan tersebut tumbuh bukan hanya berkat keberanian mengungkap kasus korupsi serius, tapi juga berkat upaya Kejaksaan Agung dalam menghilangkan kekurangan jaksa yang kerap merusak. citra institusi tersebut.
Dia mengatakan, operasi bersih-bersih ini merupakan langkah penting dalam memulihkan integritas dan kepercayaan jaksa. Ketika masyarakat melihat penegakan hukum oleh kejaksaan dilakukan tanpa toleransi, maka kepercayaan terhadap lembaga tersebut pun semakin menguat.
“Salah satu keunggulan Kejagung dibandingkan lembaga penegak hukum lainnya adalah aparatnya tersebar di seluruh Indonesia. Dengan kewenangan tersebut, Kejagung bisa mencakup banyak bidang penegakan hukum, menjamin persamaan hak di mata hukum di berbagai bidang,” ujarnya. Peter Zulkifli.
Apalagi, Peter Zulkifli menilai penguatan staf akan membantu Kejagung melacak seluruh bukti. Termasuk melakukan pengusutan menyeluruh terhadap dugaan keterlibatan elite dan pejabat dalam perkara serius.
Ia pun menekankan, penting bagi Kejagung untuk melanjutkan tren positif tersebut. Kejaksaan harus selalu hadir untuk menjawab kebutuhan masyarakat demi tercapainya keadilan hukum yang adil.
Peter Zulkifli mengatakan, sebagai lembaga penegak hukum yang terus mendukung sisi kemanusiaan, Kejagung harus menunjukkan bahwa lembaganya mampu mengambil tindakan berkelanjutan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip kemanusiaan. Kejaksaan juga harus berani membeberkan seluruh elite yang terlibat skema korupsi.
“Dalam konteks suksesnya Kejaksaan Agung, tantangan yang paling besar adalah bagaimana menjaga integritas untuk menjadi teladan di masa depan. Melalui keteladanan perilaku dan tindakan baik pejabat, masyarakat akan teredukasi akan pentingnya integritas dan pemberantasan korupsi dalam kehidupan sehari-hari,” Peter Zulkifli.
Ia mengatakan, dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, dua raksasa hukum kerap bersaing memperebutkan posisi jagoan, yakni Kejaksaan Agung dan Komisi Pemberantasan Korupsi (ACC). Keduanya berperan penting dalam mengungkap kasus korupsi serius, namun menggunakan metode yang berbeda.
Kejaksaan Agung yang memiliki sejarah panjang memiliki jaringan luas di Indonesia. Kekuatannya terletak pada kemampuannya memberantas berbagai tindak pidana, tidak hanya korupsi.
“Kejaksaan sering disebut sebagai ‘all in one’ dalam penegakan hukum. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Kejaksaan Agung semakin agresif dalam memburu korupsi. Banyak kasus serius telah teridentifikasi.”
Sementara itu, katanya, PKC berada di sana seperti pendatang baru yang antusias. Badan Pemberantasan Korupsi dibentuk untuk memberantas korupsi dan mempunyai kewenangan yang luas dan fleksibel.
Peter Zulkifli mengibaratkan PDA sebagai petarung muda dan agresif, mampu bergerak cepat dan akurat menuju sasaran. Dengan dukungan publik, Komisi Anti Korupsi (ACC) juga mampu menangkap banyak orang yang paling korup dan memulihkan sejumlah besar sumber daya pemerintah.
Di sisi lain, katanya, PKC menghadapi beberapa masalah sulit. Terlebih lagi, tekanan politik dan upaya untuk melemahkan PKT masih terlihat jelas. Selain itu, Komite Pemberantasan Korupsi juga harus menghadapi jaringan korupsi yang semakin kompleks dan memusnahkannya.
Selain itu, tindakan PKC kini terancam oleh masalah internal dan kedaulatan anggotanya. Mengingat banyak Wakil Direktur Komisi Pemberantasan Korupsi (ACC) yang tersangkut kasus etika, begitu pula Firli Bahuri selaku Presiden yang terjerat kasus penggelapan dan gratifikasi sehingga dicopot dari jabatannya. posisinya sebagai direktur ACP.
“Membandingkan kinerja kedua lembaga itu ibarat membandingkan apel dan jeruk. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, di mata masyarakat, PKC lebih populer karena dinilai agresif dalam pemberantasan korupsi,” ujarnya. dikatakan. Peter Zulkifli.
Ia juga menegaskan Kejagung dan KPK kerap dianggap sebagai kompetitor dalam pemberantasan korupsi. Namun idealnya kedua perusahaan harus kompatibel dan saling melengkapi.
Kejaksaan Agung yang memiliki pengalaman dan jaringan kontak yang luas dapat memberikan dukungan yang kuat kepada komisi antirasuah. Sementara itu, BPK dengan efisiensi dan fleksibilitasnya dapat memberikan dorongan baru bagi Kejaksaan Agung.
“Bagaimanapun, tantangan terbesar dalam pemberantasan korupsi adalah bagaimana mempertahankan kecepatan dan umur panjang. Korupsi merupakan kejahatan yang terus berkembang dan berubah. Oleh karena itu, Kejaksaan Agung dan Komite Pemberantasan Korupsi harus terus berkoordinasi dan menyusun strategi baru untuk memberantas korupsi. “Korupsi adalah persoalan yang lebih kompleks,” tegas Peter Zulkifli.
Ia menegaskan, pemberantasan korupsi akan menjadi landasan kokoh untuk mewujudkan masyarakat taat hukum, jujur, dan berkeadilan. Perilaku antikorupsi para pejabat senior akan menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat Indonesia bahwa negara ini bisa berubah menjadi lebih baik.
Melalui contoh energi bersih dan berkelanjutan, masyarakat tidak hanya memahami konsekuensinya, namun juga didorong untuk mengikuti jalur ini. Peter Zulkifli menegaskan, generasi emas yang murni dan berdaya tidak akan tercipta tanpa keteladanan nyata pemimpin yang menjunjung kejujuran dan keadilan.
Ia mengatakan: “Mewujudkan generasi emas Indonesia yang jujur, bersih, dan anti korupsi dimulai dari penguasa saat ini. Jika elite politik dan aparat penegak hukum memberikan contoh kejujuran, integritas, dan perilaku tidak korup, maka masyarakat akan belajar lebih banyak,” ujarnya.
Peter Zulkifli juga mengatakan, keteladanan penguasa yang jujur dan bersih akan membawa perubahan pada masyarakat dan kebudayaan yang lebih baik. Ia meyakini penegakan hukum yang kuat dan langkah-langkah antikorupsi harus menjadi landasan yang kokoh untuk menciptakan generasi emas yang berdaya saing di dunia.
Peter Zulkifli menegaskan, generasi emas Indonesia hanya bisa tercapai jika pemerintah terbebas dari perilaku korupsi. Yang terpenting, ini bukan lagi soal ketertiban sosial.
Menurutnya, keberhasilan aparat penegak hukum dalam pemberantasan korupsi juga menjadi landasan penting bagi terbentuknya generasi Indonesia yang bersih dan jujur. Dengan memberikan contoh positif, penegakan hukum di Indonesia akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi.
“Generasi Emas 2045 tidak akan pernah tercapai kecuali pemerintah berkomitmen memberantas korupsi,” kata Peter Zulkifli.
(fk)