Kisah Suster Wike Aprilia Pasang yang bertahun-tahun mengorbankan dirinya di pelosok Kabupaten Mapi, Papua Selatan, sungguh menginspirasi. Melalui konten media sosial, Suster Wike menyoroti permasalahan kehidupan masyarakat di wilayah tempatnya bekerja. Bagaimana kisah Suster Wike dan mimpinya bagi masyarakat Papua Selatan? Berikut ulasannya

Di usianya yang masih muda, Suster Vike memilih jalan hidup yang penuh tantangan. Setelah menyelesaikan studinya di Politeknik Sandi Karsa, Makassar, ia mendapat pekerjaan sebagai salah satu dari dua bidan di Kampung Basman, daerah terpencil yang harus ditempuh dengan perjalanan perahu selama 7 jam dari Merauke, melalui rawa-rawa.

Minimnya fasilitas yang ada sendiri menjadi sebuah tantangan. Minimnya pasar memaksa Sister Vike untuk berinovasi. Ia bekerja dengan penduduk setempat melalui sistem barter: kebun dan hewan buruan penduduk setempat ditukar dengan barang-barang pokok seperti beras, garam, dan makanan ringan. Hal ini tidak hanya membangun kedekatan dengan warga, namun juga menjadikan karakternya sebagai bagian penting dari masyarakat Desa Bassman.

“Saya yakin setiap orang punya karir masing-masing dalam hidupnya. Dekan di Bassman Village adalah panggilan saya, sekaligus cara saya menjadi tulang punggung keluarga,” kata saudari Vike, anak pertama dari delapan bersaudara, dikutip Rabu (. 4/12/2024).

Suster Vike tinggal di Desa Basman bersama anak kecilnya dan suaminya, yang merupakan satu-satunya guru sekolah dasar di desa tersebut. Berkat usahanya, warga Bosman-Wilig mencintai dan menghormatinya. Mereka bahkan berharap adik Vike tidak pindah ke tempat lain karena keberadaannya sangat berarti bagi mereka.

Salah satu impian terbesar Suster Wike adalah membangun rumah atau asrama bagi anak-anak di Papua bagian selatan yang ingin melanjutkan pendidikan di kota tersebut. Saat ini, banyak anak yang terpaksa menempuh perjalanan jauh ke sekolah, sebuah tantangan yang menjadi hambatan besar bagi masa depan mereka.

Sister Vike kini dikenal banyak orang berkat akun Instagramnya yang saat ini memiliki 601 ribu pengikut. Tak hanya dikenal atas kiprahnya di lapangan, saudari Vike juga mendapat pengakuan nasional. Pada tahun 2023, ia menerima Penghargaan Perubahan Tahun Ini dari TikTok atas kontribusinya dalam membuat perbedaan di Papua Selatan. Kisah Suster Vike membuktikan bahwa kecantikan tidak hanya terlihat dari penampilan fisik saja, namun juga dari hati yang jujur ​​dan semangat untuk membantu sesama.

Suster Vike juga diperhatikan oleh Shandi Purnamasari, pemilik MS Glow yang tergerak membantu banyak warga Papua Selatan. Citranya yang hanya dinilai cantik dari luar saja, namun ia juga mempunyai hati yang baik dan mampu menginspirasi banyak orang.

Suster Wike berharap dapat menginspirasi banyak pihak untuk berkontribusi mendorong pembangunan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Papua Selatan. “Saya sangat berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan. Mbak Shandi tidak hanya memberikan saya wadah untuk berbagi cerita, tetapi juga membuka peluang bagi saya untuk membantu lebih banyak lagi anak-anak Papua Selatan,” ujarnya.

Shandi membeberkan alasan di balik pengangkatan Suster Vike. “Saya percaya kecantikan sejati berasal dari hati, keberanian berbuat baik, dan kemampuan menginspirasi orang lain. Kak Wike adalah cerminan dari nilai-nilai tersebut,” kata Shandy.

Shandi merasa Sister Wickes terkesan dengan tindakan dan kejujurannya. Ia berharap Suster Wike dapat menginspirasi lebih banyak perempuan Indonesia untuk percaya pada kekuatan diri dan berani berperan aktif di masyarakat.

(qlh)