Penguasa Jipang Arya Penangsang menghadiahkan tanah Pati dan Mataram kepada dua orang tersebut. Dua peraih hadiah yang berhasil membunuh Arya Penangsang yaitu Pemnahan dan Panjavi sebenarnya adalah Sutavijaya atau yang dikenal dengan Panembahan Senapati.

Keberhasilan Arya mengalahkan Penangsang inilah yang akhirnya membuat Ki Pakarahan diberikan tanah di Hutan Mentaok. Dia menetap di sana dan memulai hidup baru. Belakangan Ki Banyakhan berganti nama menjadi Ki Ageng Mataram atau dikenal juga dengan Ki Ageng Pakarahan. 

Tentang lingkungan awal berdirinya tanah Mataram, Tanah Javi menceritakan bagaimana Ageng Mataram membuka lahan atau menebang hutan dan memulai kehidupan baru di pemukiman Mataram. Desa baru bernama Mataram ini konon sangat indah. 

Pada hari yang telah ditentukan, atas perintah Panmahan, warga menebangi hutan dan mulai membangun istana. Pohon buah-buahan ditanam di sepanjang jalan. Dibangun pada tahun 1591 Masehi. 

De Graaff dalam bukunya “Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Perluasan Sultan Agung” menjelaskan bagaimana sifat makmur Mataram. Alam membantu dalam panen yang melimpah. Air sumur juga terlihat bersih, bisnis berkembang pesat. Banyak orang tinggal di sana.

Konon Ageng Mataram mulai mengembangkan alam dengan disiplin pemerintahan yang baik. Di sana, Mataram tumbuh menjadi pemukiman yang asri dan subur.

Ki Ageng Mataram, dan menikmati hidup bersama rakyatnya tanpa kesulitan apapun. Namun ia melakukan tapa karena mengetahui apa yang dinubuatkan Sunan Giri, yakni kelak akan muncul raja-raja besar di Mataram yang akan menguasai seluruh tanah Jawa. Ia berharap putranya akan menjadi raja.

(menunjukkan)

(menunjukkan)