NEW YORK – Amerika Serikat memveto rancangan resolusi gencatan senjata Gaza di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (20 November 2024). Ini adalah keempat kalinya AS menggunakan hak vetonya selama konflik untuk melindungi sekutunya Israel.
Empat belas dari 15 anggota Dewan memberikan suara mendukung rancangan tersebut, yang menyerukan “pengakhiran segera, tanpa syarat dan permanen terhadap perang di Gaza dan pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera yang tersisa”.
Wakil duta besar AS untuk PBB, Robert Wood, mengatakan dokumen tersebut “menolak” perlunya “hubungan antara gencatan senjata dan pembebasan sandera”.
Wood mengatakan resolusi yang diusulkan akan mengirimkan “pesan berbahaya” kepada Hamas, menurut BBC.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa terdiri dari lima anggota tetap dengan hak veto dan sepuluh anggota terpilih.
Kelompok tersebut mengusulkan rancangan resolusi yang “juga menolak semua upaya untuk membuat rakyat Palestina kelaparan.”
Pemungutan suara tersebut dilakukan ketika PBB memperingatkan bahwa warga Palestina “menghadapi kondisi kelangsungan hidup yang semakin buruk” di bagian utara Gaza yang dikepung oleh pasukan Israel, dan hampir tidak ada bantuan yang diberikan dalam 40 hari.
Awal bulan ini, sebuah penilaian yang didukung PBB mengatakan ada kemungkinan besar terjadinya kelaparan di Jalur Gaza utara.
Militer Israel mengatakan serangan enam minggu itu menargetkan sekelompok pejuang Hamas dan memungkinkan warga sipil dievakuasi dan pasokan dikirim ke rumah sakit.
Setelah AS memveto, duta besar Tiongkok mengatakan orang-orang bertanya: “Apakah nyawa warga Palestina tidak berarti apa-apa?”
Perancis berpendapat bahwa hukum humaniter internasional sedang diinjak-injak dan satu-satunya tanggapan yang harus diberikan adalah gencatan senjata segera dan permanen.
Inggris menyatakan ingin mengakhiri perang, mengakhiri penderitaan di Gaza dan menjamin pembebasan segera semua sandera.
Namun kritik paling keras terhadap AS datang dari luar Dewan Keamanan.
Direktur Pengawas Hak Asasi Manusia PBB (HRW) Louis Charbonneau menuduh Washington “sekali lagi” menggunakan hak vetonya “untuk menjamin impunitas bagi Israel sementara pasukannya terus melakukan kejahatan terhadap warga Palestina di Gaza.”
Israel membantah tuduhan tersebut.
Perang saat ini terjadi setelah orang-orang bersenjata Hamas melintasi perbatasan dan menyerang komunitas Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 orang di Gaza, menurut hitungan Israel.
Sejak itu, menurut Kementerian Kesehatan setempat, lebih dari 43.920 orang telah meninggal di Gaza.
(daka)