BOGOR – Warga Chiwaringin, Bogor, meminta aparat menindak pedagang kaki lima liar di Jalan Merdeka dan di gedung-gedung yang melanggar hukum seperti lapak jajanan. Warga berencana menggelar aksi demonstrasi dalam waktu dekat.

Karena tidak ada langkah tegas aparat dalam menertibkan pedagang yang dibawa kelompok Jufri, kini sebagian pedagang yang pindah ke Pasar Mawar diprovokasi kelompok Jufri untuk kembali berjualan di Jalan Merdeka, kata seorang warga. , Asep Sunadar, Jumat (1/11/2024).  

Ia mengatakan, usai pertemuan tersebut, petugas kepolisian Kota Bogor langsung bergegas menangkap pelaku pungli.  Beberapa pedagang di pasar tersebut juga sudah berpindah ke lokasi yang ditentukan yakni pasar Mawar.

“Kami sebagai masyarakat sangat menghormati anggota TNI dan Polri karena dengan hadirnya posko ini kondisi disekitarnya lebih kondusif,” ujarnya.

Namun, ia khawatir keberadaan posko gabungan tersebut akan berakhir. Juga melihat anak buah Jufri masih berkeliaran memprovokasi para pedagang. “Bangunan itu bertahun-tahun disegel Pemkot, tapi Grup Jufri mendirikan lapak dan kios,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Satpol PP Kota Bogor Agustian Sjah mengaku pembongkaran akan terus dilakukan. Upaya ini merupakan kelanjutan dari upaya sebelumnya pada tahun 2022. Saat ini masih berjalan karena belum seluruh lapak dilepas.

“Kami melakukannya pada tahun 2022, tapi pembunuhnya menolak, jadi belum selesai. “Mereka hanya bilang ingin menghancurkan sendiri sisanya,” katanya.

Pembongkaran tersebut mereka lakukan karena dari hasil penelitiannya, permasalahan PKL, masalah keamanan, bahkan pungli masih terus terjadi di sana. Oleh karena itu, situs tersebut terpaksa dikosongkan dan juga disebut tidak mematuhi peraturan pasar.

Sampai lahan tersebut dibersihkan, permasalahan tidak akan terselesaikan. Apalagi pos pengamanan berakhir pada 31 Oktober, ujarnya.

Dia meyakinkan akan melanjutkan rencana pembongkaran paksa lahan tersebut. Meski pemilik lahan tidak mempermasalahkan keberadaan pasar tersebut, namun pendirian pasar tersebut tidak sesuai aturan.

“Silakan saja kalau mau mediasi, tapi kita sudah punya landasan yang kuat untuk membongkarnya. Kalau solusinya, di pasar Mawar sudah ada tempatnya, jadi saya lanjutkan. Kalau mau gugat juga tidak apa-apa, saya tidak mau.” Sepertinya aku tidak punya masalah,” katanya.

Warga lainnya, Yayan, 40, menambahkan, ia melihat gedung tersebut digunakan kelompok Jufri Cs sebagai markasnya.

“Tahun 2022 akan disegel gedungnya karena belum mengantongi izin. Kita berharap situasi yang kondusif ini terus berlanjut, kita ingin gedung itu disegel kembali. Jangan khawatir dengan kelompok Jufri cs,” kata Jajan. .

Ia menegaskan, warga bersedia menggelar aksi unjuk rasa jika aparat tidak bisa menindak tegas kelompok Jufri. Ia mengaku akan bergabung dengan ratusan warga lainnya untuk piket di lokasi kios.

“Kami hanya meminta aparat tegas dalam bersikap agar tidak takut dengan pembunuhnya. Mengapa warga harus kembali menghantui mereka? Kami sudah patuh membayar pajak, tapi apa yang kami dapat.” kata Jajan.

Warga lainnya, Dadang, menjelaskan, setelah beberapa pedagang berpindah ke lokasi yang ditentukan pemerintah kota di Pasar Mawar. Kondisi di sekitar toko baik dan bersih.

Namun yang menjadi persoalan, laki-laki dari kelompok Jufri kembali memprovokasi beberapa pedagang yang mengungsi untuk kembali ke lapaknya, kata Dadang.

Dadang mengatakan, bukan hanya warga yang memprotes keberadaan pasar yang luas tersebut. Dia mengatakan, para pedagang di Jalan Merdeka juga menolak kehadiran pedagang asongan dan pedagang kaki lima.

“Sedikitnya ada 9 pemilik toko yang menandatangani petisi penolakan Pasar Tumpah. Mereka menentang pedagang asongan dan pedagang kaki lima yang didatangkan kelompok Jufri. Mereka kesal karena pedagang mengotori tokonya,” kata Dadang.

Salah satu pemilik toko, Yasa, membantah adanya pasar tumpah karena merusak dan mengotori area toko.

“Kami menolak keberadaan Pasar Tumpah karena merusak area parkir toko, mengotori dan mengganggu operasional toko,” kata Yasa.

Nana, salah satu pedagang, mengatakan pasar ini sudah dihuni 35 pedagang. Mereka semua sepakat untuk menyerah dan berjuang untuk mendapatkan kursi.

“Saya bersama pedagang lainnya menentang surat yang dikirimkan pedagang Kasatpol PP,” kata Nana.

(fmi)