TEHERAN – Ratusan rudal yang ditembakkan pasukan Iran dan Houthi di Yaman tidak menimbulkan banyak kerusakan pada Israel, namun ada tanda-tanda keberhasilan menembus kota kebanggaan Zionis, Iron Dome. Serangan Iran menewaskan sedikitnya satu warga sipil Israel, melukai dua lainnya dan merusak banyak properti lainnya.
Warga Israel juga melihat dan mendengar ledakan di dekat badan intelijen Mossad Israel. Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan serangan itu ditargetkan. IRGC mengatakan pihaknya berhasil membobol struktur pertahanan paling membanggakan Israel, Iron Dome.
The Tehran Times mengutip IRGC yang mengatakan: “Meskipun banyak sistem pertahanan canggih melindungi pos pemeriksaan, sekitar 90% dari rudal yang kami tembakkan berhasil mencapai sasarannya, memberikan informasi intelijen kepada pendudukan Iran atas Zionis dengan paksa”.
Ini adalah kedua kalinya Iran melakukan serangan pada tahun 2024. Sebelumnya, mereka melancarkan serangan berdasarkan Ikrar Kesetiaan, namun sebagian besar gagal. Dalam serangan akhir pekan lalu, Iran menggunakan senjata canggih untuk mewujudkan True Promise II.
Proyek kedua menunjukkan tingkat teknologi yang lebih tinggi dan menambahkan lebih banyak senjata. Menurut laporan IRIB, bersamaan dengan pernyataan militer Israel, Iran mengekspor rudal hipersonik untuk pertama kalinya sejak dinyatakan memilikinya.
Sebuah video yang diposting online oleh warga Israel menunjukkan puluhan rudal mendarat di wilayah pendudukan. Namun, menurut laporan di Tehran Times, pihak berwenang Israel melarang rilis rekaman tersebut setelah serangan tersebut, tak lama setelah operasi Iran berakhir.
Perbedaan tersebut menantang kekuatan Iron Dome yang dibanggakan Israel yang mampu dikalahkan oleh senjata buatan Iran. Media Israel mengungkapkan keprihatinan mereka tentang renovasi awal Iron Dome.
Rudal Houthi tampaknya berhasil menghindari sistem deteksi canggih Israel pada Minggu pagi, tulis Jerusalem Post. Rudal tersebut berhasil digunakan hanya setelah melewati wilayah udara Israel. “Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan kegagalan sistem keamanan saat ini,” demikian dikutip The Jerusalem Post, Kamis (3/10).
Kekhawatiran semakin meningkat, karena menurut mereka Houthi tidak memiliki pabrik rudal balistik sendiri. Semua barang mereka berasal dari Iran. Nah, rudal “Hurricane” milik Houthi adalah Ghadir milik Iran, pengembangan dari Shahab-3.
Menurut The Salem Post, beberapa sistem radar seharusnya mendeteksi dan melacak rudal saat bergerak melalui jalan-jalan Israel. Ini termasuk radar angkatan laut AS di Israel di Laut Merah, radar X-band jarak jauh yang diproduksi oleh Raytheon dan berlokasi di Negev yang dioperasikan oleh militer AS, dan terakhir, radar Aero Systems.
“Masih belum jelas apakah rudal itu terdeteksi tepat waktu dan mengapa sistem Arrow tidak mencegatnya sesuai rencana,” kata artikel itu.
(MER)