JAKARTA – Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pameran fosil manusia purba Pithechanthropus erectus digelar di Museum Nasional Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan. Pameran tersebut bertajuk “Indonesia, Peradaban Tertua di Dunia? 130 tahun kemudian Pithecanthropus erectus atau “Indonesia: Peradaban Tertua di Dunia.
Situasi di Indonesia
Menteri Kebudayaan Indonesia, Fadli, menyoroti status Indonesia sebagai peradaban tertua di dunia pada pembukaan pameran yang memperingati 130 tahun penemuan Pithechanthropus erectus, atau Manusia Purba Jawa, oleh John Eugene Dabois. Dalam pidatonya di tepi Bengawan Solo pada tahun 1949, Menteri Kebudayaan menyampaikan bahwa penemuan tersebut merupakan suatu prestasi besar yang tidak hanya mengukuhkan posisi Indonesia dalam peta paleoantropologi dunia, tetapi juga menempatkan Indonesia sebagai pusat penting dalam evolusi manusia. “Penemuan ini bukan hanya peristiwa besar dalam sejarah ilmu pengetahuan; “Ini merupakan pencapaian transformatif yang mengukuhkan peran Indonesia sebagai bagian penting dalam narasi besar evolusi manusia,” ujarnya.
2. Koleksi fosil manusia
Indonesia mempunyai koleksi fosil manusia purba terbesar di Asia Tenggara. 60% dari seluruh temuan Homo erectus di dunia pernah ditemukan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Situs arkeologi seperti Sangiran, Trinil, dan Ngandong telah mengungkap fosil-fosil yang berumur lebih dari 1,5 juta tahun, sehingga menempatkan Indonesia sebagai pusat adaptasi dan inovasi manusia purba. “Penemuan ini telah membuka mata dunia terhadap fakta bahwa tanah air kita memiliki peran yang tak tergantikan dalam narasi besar evolusi manusia,” tambah Fadley. “Wilayah nusantara merupakan salah satu pusat peradaban kuno yang terkaya dan paling kompleks di dunia, yang sangat penting untuk memahami asal usul umat manusia. Warisan ini kaya dan menjadi dasar pemahaman sejarah dan peradaban manusia secara global. “
3. Fosil dan Artefak
Pameran tersebut menampilkan berbagai fosil dan artefak bernilai sejarah tinggi, termasuk tengkorak mahakarya Homo erectus S-17 yang pertama kali dipamerkan kepada publik. Temuan lain seperti fosil mastodon dan stegodon juga memperkaya sejarah ekosistem awal nusantara yang menunjukkan lingkungan dinamis tempat berbagai spesies hidup berdampingan membentuk habitat yang kompleks sepanjang sejarah bumi. Dalam penjelasan global tentang asal usul manusia, teori “keluar dari Afrika” telah lama mendominasi. Namun penemuan dan sebaran fosil manusia purba di Indonesia memberikan gambaran yang melengkapi atau mengoreksi narasi tersebut. Fosil-fosil ini menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia adalah laboratorium alam, habitat manusia purba untuk hidup, beradaptasi, dan belajar berinovasi, kata Fadley. “Melalui pameran ini, kami mengingatkan dunia bahwa babak pertama peradaban manusia tidak hanya dimulai di Afrika, tetapi juga menemukan kekuatan dan kompleksitasnya di kepulauan tersebut,” ujarnya. Pengakuan ini menempatkan Indonesia di garis depan dalam mendefinisikan ulang sejarah evolusi dunia
Melindungi warisan budaya
Kementerian Kebudayaan berkomitmen terhadap perlindungan dan pemanfaatan warisan budaya negara. Diatur dalam Pasal 32 ayat (1) UUD 1945 dan UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, pameran ini merupakan wujud nyata upaya Indonesia dalam memperkuat dan memajukan kebudayaan nasional dalam peradaban dunia. Menbudpar juga mengajak generasi muda Indonesia untuk menjadikan warisan ini sebagai inspirasi masa depan. “Memahami warisan kita yang bersifat global, kita dapat menjadikan Indonesia sebagai pusat pembelajaran dan kontribusi terhadap peradaban global,” ujarnya. Pameran “Indonesia Peradaban Tertua di Dunia?” Menampilkan lebih dari 20 koleksi istimewa dan koleksi asli dari berbagai museum ternama, antara lain Museum Geologi Bandung, Museum Manusia Purba Sangiran, Museum Negeri Mapu Tantular, Perpustakaan Zona Fadli, Museum Bumiya Tanjong, dan Museum Semedo. Pameran ini dibuka untuk umum mulai 21 Desember 2024 di Museum Nasional Indonesia.
(di dalam)