Jakarta – Glodok dikenal sebagai pusat komunitas Tionghoa di Jakarta, kawasan dengan sejarah panjang kepadatan budaya dan sosial. Di tengah padatnya kota Jakarta, tempat ibadah di China, terdapat sebuah kuil Budha. Vihara Dharma Jaya merupakan simbol kuat bagi komunitas Tionghoa dan berperan penting dalam melindungi dan memelihara budaya spiritual mereka.
Vihara Dharma Jaya tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah umat Buddha tetapi juga sebagai pusat kehidupan sosial masyarakat Tionghoa di Glodok. Sejak didirikan, kuil ini telah menjadi tempat pertemuan kegiatan keagamaan dan budaya, mulai dari Tahun Baru Imlek hingga festival Visakha Bucha. Vihara Dharma Jaya merupakan salah satu bangunan keagamaan tertua di Jakarta. Bangunan ini didirikan pada tahun 1660 M dan berusia 374 tahun saat ini. Terletak di kawasan Petak Sembilan, kelenteng ini dikenal sebagai tempat lokal bagi orang Tionghoa asal Tionghoa ketika Jakarta masih bernama Batavia.
Aula pura ini juga merupakan tempat fungsi pura dan bukan tempat peribadatan. Dalam situasi ini, pura menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan sosial, pendidikan dan meditasi yang dapat digunakan oleh semua kalangan. Seperti yang dilakukan mahasiswa Universitas Mercu Buana pada mata kuliah komunikasi antar budaya dengan Profesor Dr. Rosmawaty Hilderiah Pandjaitan, S.Sos., M.T. Mereka yang mengunjungi Vihara Dharma Jaya. Hal ini konsisten dengan upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap budaya masyarakat. Kebanyakan berada di kawasan Vihara Dharma Jaya, Jakarta Barat.
Mengutip Koh Andre (panduan): “Masyarakat kami (Tiongkok) sebenarnya sangat toleran terhadap masyarakat setempat, khususnya umat Islam, yang sering membantu kami dalam beraktivitas, apalagi banyak tokoh Islam yang membantu kami (Tiongkok). ) pembangunan, khususnya Presiden Gusdur.” “Itulah sebabnya kehadiran monumen kakek buyut Surya Kencana, seorang Islamis dan pendiri Cianjur, membuktikannya.