CANBERRA – Australian Defence Force Academy (ADFA) bekerja sama dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra menyelenggarakan acara Indonesia Day pada 23 23 2024. Acara diisi dengan bincang-bincang tentang Indonesia, cerita pengalaman mahasiswa di Indonesia, dan sajian budaya seperti tari Indonesia, tumpengris, dan jajanan pasar khas Indonesia.
Diskusi mengenai Indonesia dimoderatori oleh Profesor Greg Fealy dari Australian National University. Greg Fealy adalah seorang guru dan peneliti yang telah melakukan penelitian ekstensif di Indonesia. Dalam sambutannya, Greg menyampaikan proses sosial politik di Indonesia, khususnya peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan demokrasi Indonesia. Greg mengaku ketertarikannya terhadap Indonesia bermula dari studinya di Monash University dan berlanjut hingga saat ini.
Usai pemaparan Greg, dua mahasiswa yang berkunjung ke Indonesia berbagi pengalamannya selama berada di Indonesia. Kedua mahasiswa tersebut mengungkapkan kekagumannya terhadap keberagaman yang terdapat di Indonesia. Mereka membicarakan tentang Candi Borobudur peninggalan Budha dan Candi Prambanan peninggalan Hindu. Mereka pun kaget dengan keramahan masyarakat Yogyakarta. Selain itu, harga yang sangat murah di Yogya membuat mereka senang berada di Yogya.
Dalam pagelaran budaya tersebut, KBRI mengirimkan dua orang penari yang menampilkan tarian Jawa dan Betawi. Estella Aldina menampilkan tarian Lenggang Nyai khas Betawi. Tari Lenggang Nyai diangkat dari kisah Nyai Dasima, seorang perempuan Betawi yang menikah dengan pria Belanda, namun ia diberi kuasa untuk memperjuangkan haknya dan akhirnya memberontak. Nama tari ini diambil dari kata “Lenggang” yang berarti geraknya lemah gemulai dan “Nyai” yang berarti Nyai Dasima. Tarian ini menggunakan musik khas Betawi, Gambang Kromong, sebagai musik tariannya. Tari Lenggang Nyai mengandung nilai-nilai moral yang mendorong perempuan untuk bijak dalam memilih jalan hidup.
Muhammad Noor Aziz menampilkan tari Gambiro dari Jawa Tengah. Tarian tersebut menceritakan tentang gejolak batin Bambang Irawan, putra Arjuna (salah satu tokoh protagonis epos Mahabaratha) yang jatuh cinta pada Devi Thithisari. Gejolak batin Bambang Irawan muncul karena pernikahan Devi Titisari dengan pria lain. Kegelisahan yang dirasakan Bambang Irawan seolah membayangkan Devi Titisari ada di sampingnya membuatnya ingin memeluknya, namun akhirnya ia sadar bahwa itu hanya imajinasinya saja. Ada pula gerakan yang menggambarkan Bambang Irawan menghiasi dan mempercantik citranya agar tampil sempurna di hadapan Devi Titisari. Nama tarian ini berasal dari Prabu Gambiranom, nama lain dari Bambang Irawan.
Selanjutnya para Taruna TNI dan tamu yang hadir menyantap makan siang berupa tumpengris lengkap dengan lauk pauknya seperti yogurt, daging ayam, dan telur. Selain itu juga terdapat jajanan pasar seperti kue dobel, klepon, onde-onde dan jajanan pasar lainnya. Rupanya para pelajar TNI sangat menyukai makanan khas Indonesia. Menurut mereka, makanan Indonesia memiliki cita rasa yang unik.
Menurut Muhamad Najib, Atdikbud KBRI Canberra, kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya KBRI untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada mahasiswa militer di Australia.
– Mahasiswa militer akan memainkan peran strategis di masa depan. Dengan mengenalkan mereka pada Indonesia, kami berharap dapat menciptakan rasa kedekatan dan persahabatan di Indonesia. Hal ini tentunya akan berdampak pada semakin kuatnya hubungan kedua negara di masa depan, jelas Najib.
Dalam kesempatan tersebut, guru Studi Indonesia ADFA Zara Maxell menyampaikan terima kasih kepada Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra atas kerjasamanya dalam menyelenggarakan perayaan Hari Indonesia di ADFA. Menurut Zara, kegiatan ini merupakan perayaan bagi siswa tingkat tiga yang telah lulus ujian. “Kami berharap KBRI terus mendukung kami kedepannya untuk bersama-sama mempromosikan Indonesia kepada mahasiswa ADFA,” pungkas Zara.
(dk)