Tel Aviv – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Iran sedang mencoba mengembangkan senjata nuklir dengan tujuan menghancurkan Israel. Netanyahu membuat pernyataan itu beberapa hari setelah Israel mengebom sasaran militer di Republik Islam.
Pada Sabtu (26/10/2024), Israel melancarkan serangan udara terhadap pangkalan militer di Iran sebagai respons atas serangan Teheran pada 1 Oktober, sebagai respons atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC). komandan
“Iran sedang berusaha membangun persediaan senjata nuklir untuk menghancurkan kita, yang mencakup rudal jarak jauh, rudal balistik antarbenua yang sedang dikembangkan Iran,” kata Netanyahu, seperti dilansir Al Arabiya.
“Iran dapat mengancam seluruh dunia kapan saja,” Netanyahu menambahkan dalam pidatonya di depan anggota parlemen pada awal sesi musim dingin parlemen Israel.
“Menghentikan program nuklir Iran adalah hal utama yang kami pikirkan, dan karena alasan yang jelas, saya tidak dapat menyampaikan kepada Anda semua rencana dan tindakan kami terkait hal ini.”
Pemerintah Iran telah lama membantah bahwa mereka sedang mencoba mengembangkan senjata nuklir dan menegaskan bahwa programnya adalah untuk tujuan damai.
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah mengurangi kerja samanya dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan secara signifikan memperluas program nuklirnya, termasuk penimbunan besar uranium yang diperkaya.
Namun, kepala pengawas nuklir PBB mengatakan pekan lalu bahwa Iran telah menunjukkan “keinginan” untuk kembali terlibat dalam isu nuklir.
Teheran, yang mendukung Hamas, telah memperingatkan bahwa mereka akan merespons serangan Israel dengan “kuat dan efisien” akhir pekan ini.
Perang di Gaza telah menarik sekutu kelompok Hamas Palestina yang didukung Teheran, termasuk Hizbullah Lebanon.
Pada Senin (28/10/2024), Netanyahu mengatakan, “Poros fanatisme jahat yang dipimpin Iran mengancam akan menghancurkan negara kita dan mengambil alih negara lain.”
Hal ini “bertujuan untuk mengontrol secara paksa wilayah kami,” katanya, seraya menambahkan bahwa “Israel adalah hambatan nyata bagi Iran.”
Karena menurut Iran, jika Israel jatuh, banyak negara yang akan ikut jatuh ke tangannya.
Netanyahu juga mengatakan dia menginginkan perdamaian dengan negara-negara Arab setelah setahun perang yang membuat marah negara-negara Arab di Gaza dan Lebanon.
Dia berbicara ketika Washington mencoba menggalang dukungan Arab untuk rencana jangka panjang pemerintahan pascaperang di Jalur Gaza dan kesepakatan yang lebih normal dengan Israel setelah Abraham Accords tahun 2020.
Israel, berdasarkan Perjanjian Abraham 2020, menormalisasi hubungan dengan empat negara Arab: Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan.
Sejak itu, Israel, dengan dukungan AS, berupaya melibatkan negara lain, khususnya Arab Saudi. Namun Riyadh mengatakan pihaknya tidak bisa mengakui Israel tanpa mendirikan negara Palestina.
(dka)