JAKARTA – Hari ini, Minggu, 15 Desember 2024, Universitas Gadja Mada (UGM) Jogja menyelenggarakan acara “Nitiliku 2024” sebagai bagian dari rangkaian acara Lustrum ke-15, sekaligus dalam rangka memeriahkan Dies UGM ke-75 pada tanggal 19. /12. 24. Acara Nitilaku 2024 melengkapi Malam Alumni 2024 yang merupakan sinergi antara UGM dan Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gadja Mada) di Graha Sabha Pramana (GSP) pada Sabtu (14/12/24).
Malam alumni, dimana ketua terpilih Kagama, Dr. Ir. Mochamad Basuki Hadimoeljono, M.Sc (mantan Menteri PUPR yang saat ini menjabat Ketua Badan IKN) memperkenalkan jajaran Kagama Pusat Pemerintahan (PP) 2024-2029 dihadapan audiensi GSP. Wisudawan antara lain Wakil Menteri Komunikasi dan Teknologi dan Sekretaris Utama Kagama, Nezar Patria, MA, MBA, Wakil Menteri Keuangan, Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc, GRCP, GBPH Prabukusumo, S.Psi mewakili Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pentingnya representasi Keraton Jogja ini karena UGM secara historis tidak terlepas dari peran Keraton Jogja yang dulunya merupakan salah satu kampus utama pertama UGM ketika didirikan pada tahun 1949. Saat itu perkuliahan diadakan dengan segala keterbatasan. Ceramahnya tidak dilaksanakan di satu tempat, melainkan tersebar di beberapa tempat di kompleks keraton: Ngasem, Mangkubumen, Kadipaten dan Jetis.
Lebih detailnya, kampus Duke mengubah ruang gerbong menjadi klinik, ruang penjaga menjadi laboratorium bakteriologi, ruang pelayan menjadi laboratorium kimia, dan kandang menjadi rumah sakit. Aula Sitihingle dan Pagelaran telah direnovasi menjadi ruang kuliah dan kantor fakultas HESP (Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik). Meski perkuliahan di Bangsal Sitihingil mampu menampung hingga 1.000 mahasiswa, namun mereka tetap harus mengantri karena saat itu minat masuk ke UGM sebagai kampus negeri semakin meningkat.
Namun jika menilik jauh sebelum namanya ditambahkan menjadi “Universitas”, UGM merupakan gabungan dari beberapa SMA yang telah berdiri sebelumnya, seperti Balai Perguruan Tinggi Gadja Mada, Akademi Ilmu Politik di Jogja, Sekolah Tinggi Teknik dan pakar hukum. di Departemen Kedokteran Klinik dan Pusat Pendidikan Swasta Universitas Pra-Klaten. Berdirinya UGM disahkan dengan Keputusan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1949 tentang Aturan Penggabungan Perguruan Tinggi ke dalam Universitas.
Saat pertama kali berdiri, UGM hanya mempunyai 6 (enam) fakultas, yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra dan Filsafat, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Kedokteran Hewan. Kemudian sesuai dengan Keputusan Pemerintah Nomor 37 tanggal 14 Agustus 1950 (Peraturan Sementara UGM), universitas ini mempunyai 6 fakultas: 1. Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Farmasi, 2. Fakultas Hukum, Sosial dan Politik, 3 Fakultas Teknik, 4. Fakultas Sastra, Pedagogi dan Filsafat, 5. Pertanian dan. 6. Kedokteran hewan.
Pada tahun 1951, pembangunan kampus di Buloqsumur dimulai. Selain itu, pada tahun 1960-an, UGM telah memiliki rumah sakit, pemancar radio, dan fasilitas lain untuk menunjang perkuliahan, serta pemenuhan kebutuhan masyarakat. UGM juga membuka Fakultas Hukum, Sosial dan Politik di Surabaya pada 19/07/52. Namun cabang Surabaya diserahkan kepada Universitas Airlangga (Unair) pada November 1954. Namun saat ini UGM pun telah memiliki kampus di Daerah Khusus Jakarta (DKJ) yang terletak di Jl. Sahardjo, Mangaray, Tebet, Jakarta Selatan.
Dengan demikian, tujuan utama organisasi beretika tahun 2024 adalah prinsip “Jasmera” (tidak pernah meninggalkan sejarah), yang ditanamkan kepada seluruh lulusan UGM pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Biasanya jalur Nitilaku ke Kraton (melalui Jalan Malioboro, Kotabaru, Sik Ditiro) adalah kampus UGM, namun tahun ini dipersingkat dari Wisma Kagama di Bundaran Buloqsumur ke Gedung Balairung/Gedung Pusat UGM. , sehingga banyak indikasi jalur asli Nitilaku dari Kraton ke Bulaksumur akan dilakukan lagi tahun depan.
Selain partisipasi Rektor UGM, Prof. Owa Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D. dan Wakil Rektor, serta seluruh Dekan dan civitas akademika UGM, termasuk alumni UGM Profesor Mahfud MD, Mas Ganjar Pranovo, Gusti Prabhu, serta 50 atau lebih tim atau kelompok yang berlari dari awal hingga akhir. Kagama dan UGM. Namun, jangan berharap bisa melihat Mukidi (atau Mulyono) di acara hari ini atau Pesta Reuni Alumni Kagama UGM kemarin karena nama tersebut bukanlah alumni UGM sebenarnya.
Kesimpulannya, peringatan Dies Natalis ke-15 dan ke-75 UGM pada tahun 2024 (serta diresmikannya PP Kagama antara tahun 2024 hingga 2029) akan menjadi semangat penting untuk merefleksikan kemurnian dan keaslian Kota Rakyat di Jogja. Sejarahnya: UGM harus berani mengatakan “kalau benar ya benar, kalau salah ya salah”, bahkan saat ini menjadi pertanyaan besar di masyarakat. Karena harus sesuai dengan bait kedua lagu Gadja Mada yang dinyanyikan para wisudawan pada setiap acara formal di UGM:
“Ibuku bersumpah kepada kami, aku akan menunaikan kewajiban kesetiaan kepada Tanah Air dan jiwa umatku dalam persatuan kalian, aku akan mengangkat kebudayaan kalian, kejayaan nusantara.”
Dibuat oleh
Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Peserta Nitilaku UGM 2024, pemerhati telematika, multimedia, AI dan OCB independen.
(koreksi)