JAKARTA – 71 organisasi buruh dan taksi online (Ojol) berharap pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Raka Boomingrak akan dilantik pada 20 Oktober 2024.

Pada pertemuan Nasional Serikat Buruh/Konfederasi Serikat Buruh Hak mogok di Jakarta, mereka mengajukan usulan mengenai hak atas pekerjaan.

Ditegaskan, acara ini diikuti oleh 6 federasi, 62 serikat pekerja, dan 3 organisasi ojol. Pertemuan ini bukan untuk promosi, tapi hanya untuk memberikan nasehat dalam berusaha dan bekerja, kata pegawai GSBI Rudy HB Daman. pimpinan rapat tersebut dalam pidatonya, Rabu (16/10/2024).

Diketahui, acara tersebut dihadiri 152 pimpinan buruh antara lain Bambang Wirahyoso (KSPN), Jumhur Hidayat (KSPSI), Dedi Hardianto (KSBSI), Wahidin (KBMI), Darta Pakpahan (K-SBSI), Joko Wahyudi (). K-SARBUMUSI) dan Arif Minardi (FSP-LEM SPSI), serta staf senior yang bekerja di Aritonang Selatan (SBM-SK). Acara ini semakin populer karena partisipasi perempuan dalam industri tersebut, seperti Nining Elitos, Sunarti, Mira Sumirat, Emelia Yanti, Rosdaria dan Raslina Rasidin.

Terkait diskusi kelompok ahli Presiden-Lainnya, Dirjen KSPSI Jumhur Hidayat berharap tim kelompok ahli Presiden terpilih siap mendengarkan gagasan para jajaran yang tertuang dalam kesepakatan dan penyelesaian kebijakan Melawai. .

Saya berharap setelah mendengarkan pendapat pegawai, kita bisa berbicara langsung dengan Presiden terpilih, termasuk hukuman 10 tahun terakhir.

Pasca terbentuknya resolusi Melavai dan resolusi tersebut, para peserta yang mewakili pekerja perempuan mengubah pembacaan resolusi Melavai di hadapan Pansus Presiden. Usai membacanya, Sunarti mengirimkannya ke panel ahli presiden terpilih yang dipimpin Darwin Ginting. 

Pesan melalui impor

Solusi Melavai mencakup kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi, sehingga semua kebijakan pembangunan harus mempertimbangkan dampaknya terhadap lapangan kerja. Oleh karena itu, industrialisasi dan reformasi pertanian yang sesungguhnya sangatlah penting. 

Salah satu bahaya bagi perekonomian dalam negeri adalah membanjirnya produk luar negeri legal dan ilegal. Oleh karena itu, pemerintah baru harus mengukur dan mengendalikan seluruh kebijakan impor barang konsumsi seperti tekstil, tekstil, elektronik, pangan, air minum, dan kendaraan listrik dengan membantu masyarakat kaya melalui dana APBN.

Dalam resolusi tersebut, ia mengatakan impor ilegal menyebabkan kerusakan pada perekonomian dalam negeri, dan semua pekerja yang terkait harus terus bekerja antara pelabuhan utama dan pelabuhan “tikus”. 

Di tempat yang sepi, Emelia Yanti meminta pemerintah mengumumkan keputusan lengkapnya mengenai TAPERA (Tabungan Perumahan Negara), Asuransi Mobil (tanggung jawab pihak ketiga), dan dana pensiun tambahan, dan diusahakan tidak terlalu dini.

Sementara itu, Meera Sumirat mengatakan pemerintah harus segera menghilangkan persoalan ketenagakerjaan, yakni Omnibus Act dan undang-undang turunannya. Menetapkan undang-undang pengupahan nasional (UU) yang baru, menjamin jaminan sosial universal, kebebasan berserikat, berkumpul dan berekspresi, serta dialog dan evaluasi dengan pekerja dan dunia usaha. , mereformasi dan menghilangkan banyak peraturan yang menghambat jaminan kerja (Job Security) dan pendapatan yang memadai (income security) dalam konteks pertumbuhan kesejahteraan sosial dan produktivitas.

Pada saat yang sama, Nining Elitos menjelaskan perlunya perluasan pasar luar negeri untuk penempatan tenaga kerja terampil. Memberikan perlindungan yang efektif dan menyeluruh terhadap pekerja migran Indonesia (PMI) selama proses rekrutmen, rekrutmen, dan pemulangan ke masyarakat (Purna Migran). Pemerintah harus meratifikasi Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007 tentang Ketenagakerjaan di Bidang Perikanan.

Secara khusus, Ellie Rosita Silaban, Ketua Umum KSBSI yang berlokasi di Brussels, Belgia, menekankan pentingnya transisi menuju energi bersih yang tidak perlu dihentikan oleh siapa pun, dan harus direncanakan dengan baik serta dilakukan dengan benar. khususnya. pekerja/karyawan.

Arif Minardi, Ketua Umum FSP LEM SPSI, mencontohkan netralitas karbon harus dilakukan terlebih dahulu untuk mengubah energi fosil menjadi listrik untuk mobil, sebelum menjadi listrik mobil listrik secara langsung dan penuh, sehingga menimbulkan kendala operasional. 

“Dengan adanya perubahan zaman, akan memungkinkan untuk mengembangkan mobil hybrid, mencari pekerja baru di bidang listrik dan baterai tanpa harus memberhentikan pekerja, dan pekerja yang bisa berjanji untuk menanam pohon. Karbon netral,” pungkas Arif.

(dinding)