BOGOR – Banyak pedagang di Pasar Tumpah di Jalan Pasar Merdeka Kota Bogor mengaku tak sadar ada upaya provokasi dengan memasang spanduk penolakan penggusuran yang mengatasnamakan pedagang. Mereka sendiri mengetahui bahwa pemasangan spanduk tersebut harus dilakukan oleh anak buah Juprije.
Sebelumnya, akun Instagram @Agus_Syach memposting foto serangkaian spanduk provokatif yang mengatasnamakan para pedagang. Salah satu spanduk bertuliskan “Kami menolak pembongkaran atau relokasi atas inisiatif pimpinan PP PP, berhenti melakukan intimidasi terhadap pedagang,” bunyi isi spanduk tersebut.
Selain spanduk, juga beredar petisi pernyataan bersama yang ditandatangani para pedagang. Surat tersebut ditandatangani oleh 18 pedagang Pasar Tumpah.
Akun ini juga pernah mengunggah video tahun 2022 yang memperlihatkan beberapa preman menghalangi petugas Satpol PP dalam penertiban pasar grosir di Jalan Merdeka, Bogor.
“Ini yang memasang Dagor, saya ada di sana, fotonya juga beredar,” kata seorang penjaga toko yang enggan disebutkan namanya.
Seorang warga, Asep Sunandar mengatakan, banyak yang menandatangani petisi menolak keberadaan preman dan pedagang kaki lima. Dia mengatakan, warga sudah lama bersabar menghadapi para pedagang asongan dan aksi premanisme kelompok Jupri Cs.
“Kita sudah puluhan tahun bersabar, tapi semakin lama kita diam, semakin banyak pula pedagangnya, seolah-olah ada yang mendukung,” kata Asep.
Asep mengatakan, selain warga, pemilik toko di sepanjang Jalan Merdeka juga menandatangani petisi penolakan keberadaan Pasar Tumpah dan PKL. Selama ini mereka kesal, namun karena intimidasi dari kelompok Jufri mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
“Kalau dilihat dari cerita IG Kasat Pol, dia sama orang yang kini menolak take down, dia mengaku pengacara mengatasnamakan pedagang, saya lupa namanya,” kata Asep.
Satpol PP Kota Bogor berencana mengosongkan lapak pedagang di kawasan tersebut. Sebab, berdasarkan temuan penyidikan, keberadaan PKL di kawasan tersebut kerap menimbulkan gangguan keamanan bahkan pungli. Para pedagang yang disambut oleh kelompok bandit tersebut tidak mau mengambil tindakan disipliner.
“Kita lakukan (evakuasi) tahun 2022, tapi ada perlawanan dari preman, jadi belum selesai. Saat itu, mereka hanya bilang mau bongkar sendiri sisanya,” kata Kepala Satpol PP Kota Bogor. Agustiansyah, beberapa waktu lalu.
Kliennya akan melanjutkan pembongkaran karena hasil kajian menunjukkan Pasar Tumpah masih terkendala PKL, gangguan keamanan, hingga pungli.
Selain itu, bar tersebut juga tidak mematuhi peraturan sebagai pasar sehingga terpaksa keluar.
“Sampai lahannya dikosongkan, permasalahan belum selesai. Apalagi pos pengamanan sudah habis tanggal 31 Oktober (karena dugaan pungli),” ujarnya.
Meski pemilik tanah tidak mempermasalahkan keberadaan pasar tersebut, namun pendirian pasar tersebut tidak sesuai dengan peraturan.
“Kami mengajak turun tangan, tapi kami sudah punya landasan yang kuat untuk melakukan pembongkaran. Solusinya, di Pasar Mawar sudah terjamin tempatnya, maka saya lanjutkan,” tutupnya.
Sementara itu, Dadang, warga lainnya, mendapat informasi hasil pertemuan Forkopmind. Dalam rapat tersebut semua sepakat untuk membuat trotoar, namun ada satu orang yang meminta agar trotoar ditunda hingga pemilihan kota.
“Kalau ditunda hanya memberi ruang bagi kelompok Jupri Cs untuk memprovokasi para pedagang, di situlah basisnya,” kata Dadang.
Dadang mengaku kecewa dengan sikap tersebut. Pasalnya, kelompok Jufri selama ini bisa beroperasi melalui pemodal perorangan.
Dadang mengatakan, selama ini rombongan Jupri dan kawan-kawan pergi ke pasar selalu mengenakan jaket kulit berwarna hitam. Ia melanjutkan, fitur ini membuat Jupri CS mudah dikenali.
“Padahal semua elemen, mulai dari pedagang, pemilik toko, hingga warga sudah sepakat dengan semua aturan, lalu kenapa ditunda? Padahal, jika dipercepat, Pilwakot akan diuntungkan karena tidak akan ada aksi bandit,” dia menunjukkan.
(imf)